Orang yang sangat mudah tersanjung dengan pujian adalah orang yang sangat mudah tersandung dengan ujian _La Ode Ahmad
Pujian yang diterima, jika bisa dikelola dengan baik, bisa menjadi nutrisi penyemangat jiwa. Tapi sebaliknya, dengan tata kelola yang salah, pujian yang diterima justru bisa menjadi bumerang yang dapat menjerumuskan seseorang dalam nestapa kehinaan. Agar pujian yang diterima seseorang bisa menjadi nutrisi jiwa yang menyehatkan, dan juga tentu saja menyelamatkan, maka 4 (empat) kiat berikut ini rasa-rasanya sangat penting untuk dihidupkan oleh siapapun yang merindukan kebaikan (atau perbaikan) dalam hidup ini.
Pertama, pastikan selalu berkaca diri alias introspeksi agar tidak mudah terbuai oleh pujian yang diterima. Camkan selalu bahwa pujian yang diterima itu memiliki potensi membuat kita besar kepala, dan pada akhirnya bisa melemahkan kendali diri kita. Atas pertimbangan seperti ini, maka dalam menyikapi pujian, Baginda Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk membaca doa berikut:
اللهم لاتؤاخذني بما يقولون
Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu. (HR. Bukhari)
Kedua, menyadari hakikat pujian sebagai tirai penutup sisi kekurangan kita yang tidak diketahui orang lain. Sebab, sudah menjadi sebuah keniscayaan, bahwa setiap orang pasti memiliki sisi kekurangan. Maka, tatkala ada orang yang memuji kita, maka itu lebih karena faktor sisi kekurangan kita yang tidak terlihat. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW mengajarkan agar menanggapi pujian dengan doa:
واغفرلي ما لايعلمون
Dan ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku). (HR. Bukhari)
Ketiga, jika penilaian baik yang disampaikan orang lain atas diri kita memang benar adanya, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita memohon kepada Allah SWT untuk dijadikan lebih baik lagi dari apa yang tampak di mata orang lain melaui doa berikut:
واجعلْني خيرا ممّا يظنّون
Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka. (HR. Bukhari)
Keempat, di atas segalanya, jika ada orang yang memuji kita, entah karena kecantikan, kepandaian, kekayaan atau karena kelebihan-kelebihan lainnya, maka tugas kita adalah meneruskan pujian itu kepada pemiliknya, sebab sampai kapanpun, "Alhamdu" (pujian) itu selalu "Lillah" (milik Allah). Alhamdulillah. Gagal meneruskan pujian kepada pemiliknya bisa menjadi awal tumbuhnya bibit keangkuhan, bahkan kemusyrikan, karena terjerumus menjadi hamba pujian, bukan hamba Allah. Wallahua’lam.
Post a Comment for "4 Kiat Positif Menyikapi Pujian"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.