Cantik, bersih, sedap di mata, tenteram di jiwa. Itulah kesan yang saya rasakan saat pertama kali menyaksikan Masjid Bir Ali, Madinah. Memang tidak akan menggeser posisi ketakjuban saya terhadap keanggunan Masjid Nabawi, apalagi Masjidil Haram, tetapi rasa terpesona saya terhadap Masjid Bir Ali melekat kuat dalam memori ini, sekuat kerinduan saya untuk kembali lagi ke haramain (dua tanah suci) bersama keluarga. Jamaah Haji Indonesia yang tergabung dalam Gelombang I sudah pasti harus singgah di Masjid ini, karena inilah miqot (miqot makani) bagi jamaah haji/umrah yang berangkat menuju Mekah dari Madinah. (Deskripsi tentang Miqot bisa dibaca di tautan ini: Definisi Miqot). Sebagaimana disyariatkan, ihram haji dari miqot adalah salah satu Wajib Haji.
Ada beberapa nama yang dinisbatkan pada Masjid Bir Ali. Masjid ini dikenal pula dengan nama Masjid Syajarah (yang berarti pohon), karena terkait faktor historis. Menurut sejarah, ada sebuah pohon sejenis akasia di kawasan Zulhulaifah yang digunakan Rasulullah SAW untuk berteduh ketika singgah di kawasan itu dalam perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan umroh. Masjid ini dibangun di tempat asal pohon tersebut. Oleh karena itu dinamakan Masjid Syajarah. (Di Mekah ada juga yang disebut Masjid Syajarah, yang berdekatan dengan Masjid Jin, dengan latar belakang historis tersendiri).
Selain kedua nama di atas, Masjid Bir Ali juga dikenal dengan nama Masjid Dzulhulaifah, atas dasar letaknya yang berada di kawasan Distrik Dzulhulaifah, Madinah Al-Munawwarah. Masjid ini dikenal pula dengan sebutan Masjid Al-Muhrim, karena terkait dengan titik awal ihram haji atau umrah bagi penduduk Madinah atau mereka yang bergerak menuju Mekah dari arah Madinah. Nama Bir Ali sendiri (Bir berarti kata jamak untuk sumur), dihubungkan dengan fakta historis bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menggali banyak sumur di tempat tersebut, meskipun saat ini, bekas sumur-sumur buatan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak tampak lagi. Sehubungan Masjid Bir Ali digunakan sebagai tempat pengambilan miqot jamaah haji/umrah dari arah Madinah, maka masjid inipun dikenal pula dengan sebutan Masjid Al-Miqot.
Masjid Bir Ali terletak di sebuah lembah yang di zaman Rasulullah SAW lembah itu disebut Lembah Aqiq. Lembah Aqiq adalah kawasan yang menghijau saat ini. Di belakangnya terhampar bukit berbatu cadas yang juga menjadi pemandangan lain yang tak kalah indah. Bangunan Masjid Bir Ali tampak seperti benteng dengan sebuah menara menjulang setinggi 64 meter. Masjid yang dirancang oleh sang arsitek mashur Abdul Wahid El Wakil ini memiliki desain interior yang membuat mata terpana dan memancarkan suasana penuh kedamaian di dalamnya.
Masjid Bir Ali terletak di sebuah lembah yang di zaman Rasulullah SAW lembah itu disebut Lembah Aqiq. Lembah Aqiq adalah kawasan yang menghijau saat ini. Di belakangnya terhampar bukit berbatu cadas yang juga menjadi pemandangan lain yang tak kalah indah. Bangunan Masjid Bir Ali tampak seperti benteng dengan sebuah menara menjulang setinggi 64 meter. Masjid yang dirancang oleh sang arsitek mashur Abdul Wahid El Wakil ini memiliki desain interior yang membuat mata terpana dan memancarkan suasana penuh kedamaian di dalamnya.
Masjid Bir Ali hanya berjarak sekitar 11 km dari Masjid Nabawi, Madinah. Sementara, jarak masjid ini dengan Kota Mekah masih sekitar 450 km lagi, dengan waktu tempuh berkisar 4 sampai 6 jam perjalanan dengan bus. Jamaah haji/umrah yang mengambil miqot di masjid ini melakukan 3 amalan sesuai yang disyariatkan, yaitu:
- Mandi sunnat ihram dan memakai pakaian ihram (dalam prakteknya, amalan pertama ini sudah dilakukan jamaah sejak beberapa saat sebelum meninggalkan pondokan di Madinah)
- Shalat sunnat ihram 2 rakaat, dan
- Berniat ihram serta bertalbiyah.
Mengantisipasi banyaknya jamaah yang mandi di Bir Ali sebelum memakai pakaian ihram, masjid yang memiliki taman indah ini dilengkapi dengan 566 kamar mandi dan 512 toilet. Beberapa diantara fasilitas tersebut dikhususkan untuk para peziarah yang memiliki keterbatasan fisik (cacat tubuh). Yang tidak kalah kuat melekat dalam ingatan, seluruh bagian masjid ini, mulai dari daun pintu, karpet, hingga kamar mandi dan toilet memancarkan semerbak bau wangi.
Dalam sejarah, Masjid Bir Ali semula hanya berukuran kecil dan sederhana. Kini menjelma menjadi bangunan yang luas dan indah, dengan luas areal keseluruhan mencapai 90.000 meter persegi, sudah termasuk 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 meter persegi taman, lapangan parkir, serta paviliun.
Post a Comment for "Keindahan Masjid Bir Ali Madinah"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.