Kaysa: Apa? Kau
mau jawab apa? Perempuan tadi menelpon ketika aku mengambilkan barangmu di mobil
Adib: Kaysa
Kau Perempuan lancang!
Kaysa: Hei
jangan alihkan pembicaraan. Kali ini, bukan tentang kelancanganku dalam membuka
barang pribadi orang lain. Tapi, ini tentang KEBOHONGANMU yang TERBONGKAR! Kau
menodai kesucian pernikahan dengan kebohongan yang menjjikkan!
Adib : (merah
padam. Ia tahu, tak ada alagi cara untuk mengelak)
Ayah Kaysa: Adib, benar yang
dikatakan putriku?
Adib : (diam)
Ayah Kaysa: Adib, tatap
mataku!
Adib : Apa yang
akan kalian lakukan jika aku menjawab YA?
Ayah Kaysa: (hendak menampar
Adib, tapi ditahan oleh Faqih) Adib, dengarkan aku. Demi Allah, aku tak ridho
lahir batin kau menjadi menantuku. ENYAH DARI HADAPANKU!
Adib: (Sepersekian
detik Adib diam dengan napas memburu, lalu menendang meja dan pergi sambil
mengerang frustasi)
(Kaysa duduk, menutup muka. Menangis. Ibunya
mengelus-elus pungggung kaysa sembari menitikkan air mata)
Penghulu: Baiklah,
sepertinya kali ini belum ditakdirkan terjadi pernikahan.
Ayah kaysa: Ya, aku pun
berpikir begitu. Baiklah, semuanya. Takada yang perlu ditangisi. Mari kita
pulang.
(Semuanya beranjak dari tempatnya. Bersiap-siap pulang)
Marbot: Maaf,
sebelum kalian pergi. Aku hendak mengatakan sesuatu.
Ayah Kaysa: Silahkan
katakan.
Marbot: Aku tidak
akan memaksa. Tapi jika kalian bersedia, akad nikah tetap bisa berlanjut.
Ayah Kaysa: apa maksudmu
Pak?
Marbot: Yang
menduduki posisi sebagai mempelai laki-laki sudah pasti bukan Adib. Tapi, aku
tahu siapa yang layak menggantikannya.(Diam sejenak, melihat sekeliling. Tak
ada yang merespon) Aku mengenal seorang pemuda. Yang sejak pertama kali
bertemu, aku tidak pernah mendapati ia lalai dalam sholatnya, baik sholat wajib
maupun sunnah. Usianya sudah mencapai kematangan untuk menikah. Tapi tak
sekalipun aku menjumpai matanya berkeliaran pada yang tak halal. Kesantunannya
menciptakan ta’zhim dalam diriku padanya. Meskipun secara usia, dia jauh lebih
muda. Ia bukan pemuda yang hidup dalam gelimang harta.Selama 4 tahun berkuliah
di Jakarta, ia tinggal di masjid—Masjid ini. Mengabdi di rumah Allah. Ibunya meninggal bertahun lalu dan
mengamanatkannya untuk menikah setelah lulus dari kuliah. Aku tahu itu ketika
membaca surat wasiat ibunya yang tergeletak di lantai ketika ia tidur.
Ayah Kaysa: Siapa pemuda
itu?
Marbot: (berjalan
menghampir Faqih, memegang pundak faqih) Pemuda itu adalah Faqih.
Ayah Kaysa: Faqih, benar
yang dikatakan bapak ini?
Faqih: (diam)
Ayah Kaysa: Jawab saja, nak.
Faqih: I.. i..
iya, betul.
Ayah Kaysa: Lalu, apakah
sudah ada gadis yang kau pilih untuk menunaikan amanah ibumu?
Faqih: Mm..
(diam, menunduk)
Ayah Kaysa: Nak, angkat
wajahmu. Jawab saja pertanyaanku.
Faqih: Sejujurnya
sudah.. Dan..
Ayah Kaysa: Lanjutkan, nak..
Faqih: dan..
perempuan itu.. adalah Kaysa.
Kaysa: (menoleh
kaget) Apa aku tidak salah dengar, Faqih?
Faqih: (mengangguk)
Kaysa: La..Lalu..
Ken.. kenapa tidak kau nyatakan sejak lama?
Faqih: Kaysa,
dengarkan aku. Ketika seorang laki-laki jatuh cinta, maka pilihan baginya ada
dua : mengambil kesempatan atau mempersilahkan. Dan ketika aku tahu bahwa
kesempatan itu telah diambil saudaraku, maka yang bisa kulakukan adalah
mempersilahkan.
Kaysa: Dan kamu
membiarkanku masuk dalam lingkar hidup seorang laki-laki keji yang kau sebut
saudara?
Faqih: Maaf,
untuk itu aku tidak tahu.
Ayah Kaysa: Faqih (mendekati
faqih) jika memang tekadmu sudah bulat, maukah kamu melaksanakannya sekarang?
Faqih: Tidakkah
itu terlalu cepat?
Ayah: Tidak ada
yang salah dalam menyegerakan kebaikan.
Faqih: (diam)
Ayah Kaysa: Mahar apa yang
bisa kau berikan?
Marbot: Sudah
kukatakan bahwa dia bukan yang hidup dalam gelimang harta. Maka jangan
mengharapkan mas kawin sebanyak yang Adib berikan. Tapi, setahuku Ibunya
memberikan ia.. (terpotong)
(Baca kelanjutan ceritanya: Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga - Segmen Delapan)
(Baca kelanjutan ceritanya: Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga - Segmen Delapan)
Post a Comment for "Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Tujuh)"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.