Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Enam)



Adegan 6
Keesokan paginya...

Marbot:                  Faqih, bantu bapak yuk, beres-beres masjid.
Faqih:                      Oh, baik Pak. Memangnya mau ada acara, ya?
Marbot:                  Iya.
Faqih:                      Acara apa?
Marbot:                  Itu.. Akad nikah..
Faqih:                      Oh, masya Allah. Siapa yang menikah?
Marbot:                  Itu lho yang biasa ngajar TPA di sini.
Faqih:                      O..oh.. gitu.
 (Tiba-tiba Adib dateng memakai pakaian rapih)
Adib:                        Assalamu’alaikum.
Faqih:                      Wa’alaikum salam. Oh, Adib. (basa-basi. Improvisasi)
Adib:                        Iya, hari ini aku akan memenuhi janjiku empat tahun lalu.
Faqih:                      Janji apa?
Adib:                        Janji menemukan pendamping hidup selulus kuliah.
(Kaysa datang)
Kaysa:                     Assalamu’alaikum..
Faqih:                      Wa’alaikum salam. (basa-basi, improvisasi)
Keluarga Kaysa:   Yuk, masuk. Penghulunya sudah datang.
Adib:                        Faqih, jadilah saksi dipernikahanku ini.
Faqih:                      Baiklah.
Adib:                       Oh, sepertinya aku meninggalkan sesuatu di mobil. Aku akan mengambilnya dulu.
Kaysa:                      Biar aku saja yang mengambil. Kamu temui saja dulu penghulunya.
Adib:                        Oh, baiklah. Terima kasih.
(di dalam masjid)
Penghulu:              Mana mempelai wanitanya?
Adib:                        Tadi mengambil sesuatu di mobil.
Beberapa saat kemudian
(Kaysa datang dengan aura yang berbeda)
Ibu Kaysa:              Kaysa, kamu baik-baik saja?
Kaysa:                      Tidak apa-apa.
Penghulu:              Kalian sudah siap?
Adib:                        Siap, pak.
Penghulu:              Apakah mempelai perempuan siap?
Kaysa:                      (mengangguk pelan)
Penghulu:              Baik, Saudara Adib Syarifusysyabab, kita mulai akad nikahnya (penguhulu mengulurkan tangan)  Saya nikahkah Kaysa Muzayyana binti Amrullah dengan Adib Syarifusysyabab dengan mas kawin sperangkat alat sholat dan emas 24 karat seberat 20 gram dibayar tunai (pake bahasa arab)
Adib:                        Qabiltu nikahaha, wa tazwijaha Kaysa Muzayyana bintu Amrullah bi mahril adawatissolah wa .....
Kaysa:                      Tolong, hentikan!
Ibu Kaysa:              Kaysa, apa maksudmu?
Adib:                        (melepas jabat tangan penghulu) Hey, Kaysa, ada apa?
Kaysa:                      (mengangkat wajahnya. Kini semua bisa melihat butiran bening yang menderas di wajahnya) Adib, aku tanya padamu.. (Kaysa menghujamkan pandangannya ke arah Adib. Kali ini, tidak ada keteduhan seperti yang biasa dipendarkannya. Semua sirna. Lenyap oleh bara amarah)
Apa yang akan terjadi jika syarat dari sebuah pernikahan tidak dipenuhi?
Adib :                       (diam. Bukan karena ia tak tahu jawabannya. Namun ia agaknya paham ke mana arah pembicaraan Kaysa)
Kaysa:                      Jawab, jika kau betul-betul lelaki!
Adib:                        Tentu saja hukumnya batal (Adib  berusaha stay cool)
Kaysa:                      Bagus kau paham ( Kaysa menarik nafas. Kelihatan benar ia kualahan oleh emosi yang membakar batinnya) Pertanyaan selanjutnya. Ingatkah kamu syarat yang kuajukan saat khitbah?
Adib :                       (menghela nafas)Ya, kau tak ingin dipoligami.
Kaysa:                      Lantas apa yang telah kau lakukan?
Adib:                        Apa maksudmu, Kay..
Kaysa:                      Kau masih pura-pura tak paham? Seorang sarjana dengan predikat summa cumlaude bilang tidak paham? Kau memang pendusta ulung! (Kaysa merogoh sakunya, memperlihatkan sebuah ponsel yang tak lain adalah milik Adib.) Aku tahu semuanya. Semua yang menyangkut dirimu dengan perempuan itu. Perempuan yang ternyata adalah ISTRImu!
Adib:                        (membuka mulut, hendak mengelak)

(Baca kelanjutan ceritanya: Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga - Segmen Tujuh)

Post a Comment for "Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Enam)"