Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Delapan)



Kaysa:                  Sebentar . Faqih, bukankah kamu seorang Hafizh?
Faqih:                   Mm, i..iyaa.. Alhamdulillah. Biidznillah.
Kaysa:                  Kalau begitu, aku bersedia dinikahi dengan hafalan al Qur’anmu.
Faqih:                   Tapi bukankah itu akan memberatkan dan merugikan keluargamu?
Ayah Kaysa:       Menantu bagi kami bukan ladang materi. Yang menjadi tujuan kami adalah menemukan Imam yang akan membimbing putri kami menapaki sabilillah.
Ibu kaysa:           Iya, Nak. Percayalah. Kami ridho.
Marbot:               (menatap faqih dalam-dalam) Nah, apa yang kau khawatirkan, Faqih? Sempurnakan separuh agamamu.
Faqih:                  (menghela nafas) Baiklah, aku bersedia.
Penghulu:           Nah, gitu dong. Ayo cepat-cepat, yang mau nikah udah ngantri.
Ayah Kaysa:      Duduklah di samping Kaysa, Faqih.

(Faqih duduk sejajar dengan Kaysa. Hadirin kembali ke tempat, duduk rapih)
Penghulu:           (lafal akad nikah)
Faqih:                  (lafal akad nikah)
Penghulu:           Sah?
Hadirin:               Sah.. sah.. alhamdulillahirabbil ‘alamin..
Faqih:                  (mengusap wajah, mengucap syukur)
Ayah Kaysa:      (memimpin doa)
Hadirin:               (mengaminkan)
Kaysa:                 (memeluk ibunya)
Ibu Kaysa:          Selamat ya, nak. Barakallah..

Adegan 7
Malamnya, Kaysa dan Faqih berjalan beriringan menuju masjid.

Kaysa:                Faqih, apakah kamu tidak suka rumah yang dihadiahkan ayah? Kenapa kamu mengajakku ke masjid?
Faqih:                 Kaysa, duduklah.
Kaysa:                (duduk bersama Faqih di teras masjid)
Faqih:                 Empat tahun lamanya masjid ini menjadi tempatku bernaung. Di masjid ini, Allah mengenalkanku dengan mu. Dan di masjid ini pula, beberapa jam lalu aku menikahimu. Aku seperti diajak berlari dalam mimpi. Semua terjadi cepat sekali.
Kaysa:                Itu kehendak Allah, Faqih.
Faqih:                 Oh iya. Aku mendapat amanah dari ibuku. Dan amanah harus kusampaikan kepada perempuan mulia yang bersedia kuajak melangkah beriringan dalam perjalanan menggapai surga. Perempuan yang menerimaku yang menerimaku meski tanpa iming-iming kemewahan dunia (tersenyum, menatap Kaysa)
Kaysa:                (menunduk, tersenyum malu) Aku tidak sebaik itu, faqih.
Faqih:                  Kaysa, berdirilah.. Aku akan menyampaika amanah itu.
Kaysa:                 (bangkit) apa itu?
Faqih:                  Kamu tahu, kan, aku bahkan menikahimu tanpa prosesi khitbah terlebih dahulu. Maka izinkan aku melakukannnya sekarang.
Kaysa:                Maksudnya apa?
Faqih:                 (merogoh sakunya, mengambil kotak cincin, lalu berlutut di depan Kaysa) Kaysa, Won’t you be my BFF and ever?

(Tirai panggung ditutup, kumandang ayat ..... terdengar)
Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. Yang Maha Adil telah menganyam skenario menawan untuk menyatukan hamba-hamba yang Ia cinta. Atas semua itu, Fa biayyi aalaa’i rabbikumaa tukadzdzibaan? (Narator melangkah ke tengah sembari membaca narasi ini, lalu membungkuk kepada penonton ketika selesai)

Selesai.
Penulis Naskah: Qorin Haq binti La Ode Ahmad, Peserta Didik MAN  Insan Cendekia Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

(Kembali ke Segmen Satu)

Post a Comment for "Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Delapan)"