Kaysa: Sebentar
. Faqih, bukankah kamu seorang Hafizh?
Faqih: Mm,
i..iyaa.. Alhamdulillah. Biidznillah.
Kaysa: Kalau
begitu, aku bersedia dinikahi dengan hafalan al Qur’anmu.
Faqih: Tapi
bukankah itu akan memberatkan dan merugikan keluargamu?
Ayah Kaysa: Menantu bagi
kami bukan ladang materi. Yang menjadi tujuan kami adalah menemukan Imam yang
akan membimbing putri kami menapaki sabilillah.
Ibu kaysa: Iya, Nak.
Percayalah. Kami ridho.
Marbot: (menatap
faqih dalam-dalam) Nah, apa yang kau khawatirkan, Faqih? Sempurnakan separuh
agamamu.
Faqih: (menghela
nafas) Baiklah, aku bersedia.
Penghulu: Nah, gitu
dong. Ayo cepat-cepat, yang mau nikah udah ngantri.
Ayah Kaysa: Duduklah di
samping Kaysa, Faqih.
(Faqih duduk sejajar dengan Kaysa. Hadirin kembali ke tempat, duduk
rapih)
Penghulu: (lafal akad
nikah)
Faqih: (lafal
akad nikah)
Penghulu: Sah?
Hadirin: Sah..
sah.. alhamdulillahirabbil ‘alamin..
Faqih: (mengusap
wajah, mengucap syukur)
Ayah Kaysa: (memimpin doa)
Hadirin: (mengaminkan)
Kaysa: (memeluk
ibunya)
Ibu Kaysa: Selamat ya,
nak. Barakallah..
Adegan 7
Malamnya, Kaysa dan Faqih berjalan beriringan menuju masjid.
Kaysa: Faqih,
apakah kamu tidak suka rumah yang dihadiahkan ayah? Kenapa kamu mengajakku ke
masjid?
Faqih: Kaysa,
duduklah.
Kaysa: (duduk
bersama Faqih di teras masjid)
Faqih: Empat
tahun lamanya masjid ini menjadi tempatku bernaung. Di masjid ini, Allah
mengenalkanku dengan mu. Dan di masjid ini pula, beberapa jam lalu aku
menikahimu. Aku seperti diajak berlari dalam mimpi. Semua terjadi cepat sekali.
Kaysa: Itu
kehendak Allah, Faqih.
Faqih: Oh iya. Aku
mendapat amanah dari ibuku. Dan amanah harus kusampaikan kepada perempuan mulia
yang bersedia kuajak melangkah beriringan dalam perjalanan menggapai surga.
Perempuan yang menerimaku yang menerimaku meski tanpa iming-iming kemewahan
dunia (tersenyum, menatap Kaysa)
Kaysa: (menunduk,
tersenyum malu) Aku tidak sebaik itu, faqih.
Faqih: Kaysa,
berdirilah.. Aku akan menyampaika amanah itu.
Kaysa: (bangkit)
apa itu?
Faqih: Kamu
tahu, kan, aku bahkan menikahimu tanpa prosesi khitbah terlebih dahulu. Maka
izinkan aku melakukannnya sekarang.
Kaysa: Maksudnya
apa?
Faqih: (merogoh
sakunya, mengambil kotak cincin, lalu berlutut di depan Kaysa) Kaysa, Won’t
you be my BFF and ever?
(Tirai panggung ditutup, kumandang ayat ..... terdengar)
Laki-laki yang baik untuk perempuan yang
baik. Yang Maha Adil telah menganyam skenario menawan untuk menyatukan
hamba-hamba yang Ia cinta. Atas semua itu, Fa biayyi aalaa’i rabbikumaa
tukadzdzibaan? (Narator melangkah ke tengah
sembari membaca narasi ini, lalu membungkuk kepada penonton ketika selesai)
Selesai.
Penulis Naskah: Qorin Haq binti La Ode Ahmad,
Peserta Didik MAN Insan Cendekia Serpong,
Tangerang Selatan, Banten.
(Kembali ke Segmen Satu)
Post a Comment for "Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Delapan)"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.