dr. Rusdi Dziban, Sp.B (Alm) |
Sahabatku, ingatanku melayang menembus kenangan 20-an tahun silam, di kala kebersamaan kita saat itu hampir selalu menyatu dengan hari-hari perjuangan kita sebagai mahasiwa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UGM; kita berjalan bersama menyapa pasien yang terbaring di bangsal-bangsal perawatan, kita berdialog bersama keluarga mereka, kita berdiskusi bersama di antara kita untuk memutuskan yang terbaik bagi kesehatan mereka. Kemana-mana kita menenteng tas penuh buku dan laporan, menghadap kepada para pembimbing, menimba kearifan ilmu mereka. Bagi kita kala itu, siang dan malam bukan rotasi waktu kerja dan istirahat, melainkan perputaran ikhtiar dari satu bangsal ke bangsal yang lain, dari satu guru pembimbing ke guru pembimbing yang lain, dari satu laporan kasus ke laporan kasus yang lain. Kita tak pernah tahu di saat kapan kita bisa beristirahat dalam bilangan yang cukup. Dinding-dinding kokoh Rumah Sakit Pendidikan kita kala itu adalah saksi-saksi bisu dari kekayaan persahabatan kita yang penuh warna.
Sahabatku, kepergianmu bukanlah tanda ketiadaanmu. Kepergianmu adalah bukti kepastian langkahmu melewati lorong waktu yang berbeda dimensi. Kepergianmu adalah bagian dari bukti kebenaran dalil-dalil kesementaraan dunia. Engkau telah mendahului kami meninggalkan yang fana, meninggalkan panggung kehidupan yang penuh dengan fitnah, panggung kehidupan yang penuh dengan sandiwara, panggung kehidupan yang penuh dengan pertikaian, panggung kehidupan yang penuh dengan pertentangan, panggung kehidupan yang penuh dengan kelalaian, panggung kehidupan yang penuh dengan tipu daya, panggung kehidupan yang penuh dengan kemunafikan, panggung kehidupan yang penuh dengan perlombaan yang sia-sia bagi yang terbuai oleh perangkap-perangkap dunia
Kasih sayang Allah begitu besar untukmu kawan. Kenangan indah yang terukir dalam setiap momen kebersamaan kita tempo dulu insya Allah adalah file-file amal kebajikan kekal yang sekarang akan terbuka menemanimu. Engkau adalah sahabat yang selalu tersenyum di kala berjumpa, selalu mendahului memberi salam di kala bersua, selalu menabur kebaikan di kala apapun.
Selamat jalan sahabatku, doa kami senantiasa mengalir dari relung-relung hati kami yang terdalam, sampai kita dipertemukan bersama dalam ruang kasih sayang-Nya yang abadi. Bukankah persahabatan kita persahabatan yang abadi, karena telah terikat dengan simpul kuat persamaan akidah?
Saya share ya Ahmad... (AD)
ReplyDeleteMonggo Bang Ade. Maaf baru bisa akses, kmaren sempat ada gangguan masuk k dashboard weblog saya Bang ... Sangat membludak pembaca yg mengakses... Insya Allah semua mendoakan sahabat karib kita dr. Rusdi Dziban, Sp.B (Alm).
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAamiin. Terima kasih atas doanya ya...
DeleteNderek belosungkowo...selamat jalan Mas Rusdi....saya dari FK UGM angkatan 94...
ReplyDeleteTrmksh. Mohon dimaafkan jika Almarhum ada kesalahan ...
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAssalamualaikum...tak sengaja putri kami yg ke2 menemukan artikel mas la ode ahmad. Saya terkesima, satu lagi bukti kuasa Allah.... sahabat2 Rusdi luar biasa, insya Allah sahabat kami di akhirat..kampung yg abadi. Amin. Jazakallah.
ReplyDeleteAssalamualaikum...tak sengaja putri kami yg ke-2 menemukan tulisan mas la ode ahmad. Satu lagi saya menemukan bukti kuasa Allah...sahabat2 Rusdi luar biasa, insyaAllah sahabat kami di kampung akhirat...kampung yg abadi. Amin. Jazakallah....
ReplyDeleteWa'alaikumsalam wrwb. Aamiin, tulisan itu adalah salah satu ungkapan persahabatan abadi saya dgn Mas Rudi ...
DeleteSemoga amal dan ibadahnya d terimah d sisi Allah subhanullahu ta'ala
ReplyDeleteAamiin ... Terima kasih yg tak terhingga atas doanya ya..
DeleteBapak saya adalah salah satu pasien beliau 9th yang lalu pernah operasi, dan alhamdulillah atas ijin Allah sampai sekarang masih sehat walafiat dan saya baru tau kalau beliau telah berpulang setelah mendengar kabar dari salah satu rekan dokter beliau , padahal rencana bapak saya mau periksa lagi ke beliau , semoga jasa²nya menjadi ladang jariyah untuk beliau , tenang disurga dokter Rusdi Dziban , terimakasih atas pertolongannya
ReplyDeleteAamiin .. Aamiin Yaa Rabbal'alamin
DeleteInnalillahiwainnalillahhirojiun...... Saya kenal beliau saat kuliah di UGM dipertengahan tahun 1996. Kami satu kontrakan. Yang paling saya ingat dari beliau adalah teriakannya. Setiap pagi, saat adzan shubuh terdengar, beliau selalu berteriak sekencang kencangnya di dalam kontrakan " Shubuh.....Shubuh.....", sembari menggedor gedor seluruh pintu kamar satu persatu. Itu terjadi hampir setiap hari.
ReplyDeleteKeseharian beliau saat itu adalah pergi kuliah, ke masjid, belajar dan baca Al Qur'an. Itu saja. Bahkan sekedar untuk makan bareng-bareng anak satu kost di Pecel Lele "Biologi" pun beliau enggan. Buang waktu, mending beli makan dibungkus katanya. Sedemikian serius beliau belajar saat itu.
Setelah 3 tahun bersama, akhirnya kami berpisah kost. Saat saya berpamitan, beliau menepuk nepuk pundak saya dan berpesan " Jaga sholatmu lik.....muliakan Ibumu.... pasti kami berhasil..."
Doa terbaikku buatmu mas..... Saat ini mas telah mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.....