Seorang Sufi, sebutlah namanya Malik, adalah bagian dari Anggota Tim Majelis Hakim di sebuah Pengadilan. Dalam salah satu kesempatan persidangan, Sang Sufi terlihat sungguh-sungguh mendengarkan dakwaan demi dakwaan yang disampaikan seorang Jaksa Penuntut Umum dengan penuh semangat lengkap dengan dukungan bukti-bukti kuat. Tuntas Jaksa menyampaikan dakwaannya, Sang Sufi berkomentar:
“Aku rasa engkau benar”
Petugas Majelis mengingatkan Sang Sufi, bahwa Terdakwa belum membela diri. Giliran Terdakwa dipersilahkan, yang diwakili oleh seorang Pengacara kondang yang terkenal pandai mengolah logika, Sang Sufi terlihat sangat terpikat dengan pembelaan yang disampaikan, sehingga di akhir pembelaan terdakwa, Sang Sufi berkomentar:
“Aku rasa engkau benar”
Petugas Majelis mengingatkan Sang Sufi bahwa tidak mungkin Jaksa benar dan sekaligus Pengacara juga benar. Harus ada salah satu yang salah! Dengan tatapan yang meyakinkan, Sang Sufi kemudian berkomentar:
“Aku rasa engkau benar”
Seluruh hadirin terdiam. Ruangan persidangan hening seketika. Bumi seperti berhenti berputar. Dan di dalam keheningan itulah, Sang Sufi berkata:
“Ada yang benar-benar di atas kebenaran, dan ada yang benar-benar di atas kebohongan”
Ruangan persidangan semakin hening. Sebagian orang saling pandang dalam diam. Lampu-lampu ruang seperti tak kuasa memancarkan cahaya. Bias-bias langit yang mendung di ufuk sana seolah menambah temaram menuju kegelapan. Mulut-mulut terkunci rapat. Dan, dalam kebisuan ruang, Sang Sufi memecah keheningan dengan suara yang bergetar:
“Nyalakanlah Lentera Hati, agar kita bisa membedakan dua hal yang terbungkus sama"
Post a Comment for "Suara Sang Sufi dalam Persidangan"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.