Dalam percakapan sehari-hari, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, tidak jarang saya menjumpai pernyataan aneh, bahwa Politik dan Agama harus di pisah. Atas pernyataan seperti ini, suatu ketika saya pernah bergurau, bahwa memisahkan Politik dengan Agama adalah ibarat memisahkan Badan dengan Kepala kita. Ya, saya pikir analogi metaforis tersebut tidak berlebihan, menurut hemat saya.
Memang ada fakta yang kita tidak bisa pungkiri. Di atas permukaan bumi ini terdapat banyak Agama, atau terdapat banyak ajaran yang diklaim sebagai Agama. Dalam konteks Agama-Agama Samawi, yang diturunkan Allah (melalui Malaikat Jibril) kepada insan-insan pilihan-Nya, seluruhnya mengakar kuat pada keyakinan pokok bahwa hanya ada Satu Pencipta, hanya ada Satu Pengatur, hanya ada Satu Penguasa, hanya ada Satu Pelindung alam semesta ini beserta seluruh kehidupan (dan kematian) di dalamnya, sehingga hanya ada Satu Sembahan dalam hidup ini. Agama-Agama Samawi itu, sepanjang masih dalam koridor kemurnian ajaran sebagaimana Nabi-Nabi menyampaikannya, maka seluruhnya adalah sumber rujukan utama untuk mengatur semua sendi kehidupan.
Nah, Politik hanyalah salah satu serpihan unsur dalam kehidupan ini, yang harus tunduk patuh pada sumber rujukan utama itu agar tidak bergerak liar dan menimbulkan berbagai kekacauan dalam kehidupan. Bahwa Politik berbeda dengan Agama, memang iya. Tapi perbedaan itu tidak menjadi dasar argumen pembenar untuk memisahkan keduanya. Dalam hidup ini banyak hal yang berbeda, tetapi bukan untuk dipisahkan. Suami dan Istri berbeda, tapi justru karena perbedaan itulah kesatuan pernikahan ada. Saya hanya ingin mengatakan bahwa memisahkan Agama dengan Politik adalah sumber malapetaka kehidupan.
Saya setuju Politik dipisahkan dari Agama, hanya jika (sekali lagi hanya jika) Agama yang dimaksud tidak jelas; tidak jelas akidahnya, tidak jelas syariatnya, tidak jelas kitabnya, bahkan tidak jelas nabinya. Kalau Agama yang dimaksud adalah Agama yang tidak jelas seperti itu, saya sangat setuju kalau dipisahkan dari Politik, bahkan kalau perlu dibuang, agar Politik hanya diisi dengan hal-hal yang jelas saja, untuk kehidupan yang jelas-jelas menuju keselamatan. Dan ini hanya bisa jika Politik tidak dipisahkan dari Agama. Agama yang jelas, ya.
Akhirnya, terjawab sudah pertanyaan pokok yang menjadi judul tulisan kecil saya di atas: Politik dan Agama Harus Dipisah, Quo Vadis (Mau Ke Mana)? Dengan kata lain, jangan kaget kalau saya katakan bahwa "Politik dan Agama Harus Dipisah" adalah pernyataan yang Sadis. Wallahua'lam.
Post a Comment for "Politik dan Agama Harus Dipisah, Quo Vadis? "
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.