Artikel sederhana ini saya buat untuk menjawab pertanyaan "Apa korelasi antara konsep Ketuhanan (Ketauhidan) dengan Hablumminannas (pelayanan kesehatan)" yang diajukan oleh salah seorang sahabat segera setelah membaca sebuah status yang saya posting di akun FB saya Senin kemarin (22/01/2018), sebagai berikut:
Jika kualitas pelayanan yang kita berikan kepada sesama dibeda-bedakan karena perbedaan status sosial ekonomi mereka, maka pertanyaan pengingat diri yang patut kita ajukan bukan lagi siapa sebenarnya Tuhan kita, melainkan berhala apa sesungguhnya yang kita sembah?
Dalam batas-batas pengetahuan yang saya pahami, di dunia ini berkembang berbagai konsep pemikiran ketuhanan, mulai dari teisme, deisme, panteisme, hingga yang lainnya, termasuk yang beraroma filsafat perenial. Dalam pandangan teisme, Tuhan dipersepsikan sebagai pencipta dan sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Sementara deisme, Tuhan dipercaya sebagai pencipta alam semesta, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam ini. Lain lagi dengan panteisme yang memiliki keyakinan bahwa Tuhan adalah alam semesta itu sendiri.
Saya bersyukur, konsep ketuhanan yang ditanyakan oleh sahabat saya diberi penekanan khusus pada konsep Ketauhidan. Ini tidak hanya mempertegas substansi paling dasar dari konsep Ketuhanan yang paling rasional, tetapi sekaligus juga penekanan khusus pada wilayah ketauhidan itu menjadi satu-satunya titik tolak saya untuk membentangkan sebuah deskripsi korelatifnya dengan variabel yang dipertanyakan.
Hanya saja, harus segera saya katakan bahwa konsep ketauhidan tidak hanya memiliki korelasi dengan aspek-aspek hablumminannas, dengan pelayanan kesehatan misalnya, akan tetapi ia memiliki korelasi dengan seluruh aspek apapun dalam hidup ini, bahkan dengan hidup itu sendiri. Bukankah tidak akan pernah ada kehidupan tanpa Zat Yang Maha Hidup? Segi maknawiah inilah yang melatarbelakangi mengapa kemudian artikel ini saya beri judul "Korelasi Antara Konsep Ketuhanan dengan Segala Hal", karena memang faktanya demikian, tidak ada satu hal apapun di alam ini yang keberadaannya lepas dari hubungan korelatif dengan Tuhan, dalam perspektif Ketauhidan.
Ada sebuah ungkapan menarik yang saya kutip dari pernyataan bijak Nouman Ali Khan, seorang muslim Amerika yang aktif berdakwah dan tercatat sebagai CEO di Bayyinah Institute, New York City. Suatu ketika dia berkata:
Ketika Anda berada di posisi untuk membantu seseorang, berbahagialah. Allah sedang menjawab doa orang itu melalui Anda.
Kutipan di atas singkat, tetapi substansinya sangat kuat menegaskan korelasi antara Konsep Ketuhanan (Ketauhidan) dengan Hamblumminannas. Pelayanan kepada sesama adalah sarana pembuktian ketundukan, kepedulian, dan sekaligus kerinduan kita kepada Zat yang memberi kita pinjaman hidup berikut segala sumberdaya yang kita butuhkan dalam hidup untuk ikut membantu hidup sesama, sebelum akhirnya tiba masanya masing-masing dari kita semua mempertanggungjawabkan seluruh pinjaman ini pada Sang Pemilik Satu-satunya.
Jika pelayanan kepada sesama berhaluan pada materi, maka berbagai ancaman kekurangan materi akan menghantui kita, dan pada akhirnya akan menghambat kita, karena kekhawatiran akan kekurangan materi. Sebaliknya, jika pelayanan kepada sesama berorientasi sepenuhnya pada semata-mata perwujudan ketundukan kita kepada Allah, sementara sumber dari segala bentuk daya apapun yang kita gunakan dalam hidup ini (termasuk daya yang kita gunakan untuk menolong itu) adalah dari-Nya, maka dari celah manalagi kita bisa berpaling dalam memberi pelayanan kepada sesama?
Kerangka-kerangka nilai seperti di atas memang tidak mudah ditanamkan di atas belantara kapitalisme, yang ditaburi dengan pupuk-pupuk sekularisme, sehingga antara hablumminallah dan hablumminannas tidak hanya dianggap terpisah, tapi bahkan dianggap terputus korelasi maknawiahnya. Padahal, laa maujud illallah, tidak ada wujud apapun kecuali Allah. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, segala sesuatu berasal dari Allah, dan segala sesuatu akan kembali kepada Allah.
Semua karena Allah, dan semua akan kembali kepada Allah, adalah ungkapan lain dari wujud eksistensial korelasi antara konsep Ketuhanan dengan Segala Hal. Kesatuan dan keutuhan korelatif dimensi katauhidan kita dengan dimensi implementatif semangat pelayanan kita pada sesama tercermin dalam gerakan Shalat, yang diawali dengan Takbir dalam posisi berdiri (hubungan vertikal), dan disempurnakan dengan Salam pada sekitar yang kita sampaikan dalam posisi duduk tawarruk (hubungan horisontal). Perhatikanlah bahwa, Salam hanya dapat termanifestasi dengan baik dalam semangat pelayanan yang tulus, setulus kita menegakkan shalat itu sendiri. Wallahua'lam.
Surabaya, 23 Januari 2018
Post a Comment for "Korelasi Antara Konsep Ketuhanan dgn Segala Sesuatu"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.