Tak jarang saya mendengar ungkapan "Jangan Lupa Bahagia". Di beberapa status facebook juga saya pernah menjumpai ungkapan semacam itu. Bahkan, saat saya mencoba browsing, saya menjumpai sebuah lagu berjudul "Jangan Lupa Bahagia". Kepada diri saya sendiri aku bertanya, apakah seseorang bisa lupa bahagia? Atau, apakah bahagia itu sesuatu yang bisa kita raih atau pertahankan hanya dengan berusaha tidak melupakannya?
Saya berpikir, jika inti kebahagiaan itu adalah ketenteraman hati, maka memory saya spontan terkoneksi pada Ayat berikut:
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’du: 28).
Dengan Ayat di atas, maka dibanding kalimat "Jangan Lupa Bahagia", terus terang saya lebih suka dengan ungkapan "Jangan Lupa Berdzikir", karena itulah sumber dari segala bentuk kebaikan yang kita harapkan. Dan, saya mengingatkan diri saya, bahwasannya Dzikir yang terbesar keutamaannya adalah Shalat, sebagaimana keterangan berikut ini:
تْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 45)
Baca juga:
Semua Indah Pada Waktunya
Kembali pada pertanyaan-pertanyaan personal diawal, hemat saya, tak mungkin ada orang yang tidak bahagia hanya karena dia lupa bahagia. Tak mungkin. Yang paling mungkin adalah, seseorang tidak bahagia karena ia mengesampingkan dzikir dalam hidupnya. Karena itu, lebih baik lupakan saja kalimat "Jangan Lupa Bahagia", kemudian fokus pada ungkapan "Jangan Lupa Berdzikir", atau "Jangan Pernah Berhenti Berdzikir", sebab dari stasiun dzikirlah, kita akan mengawali "traveling" hidup yang menakjubkan menyusuri jalan-jalan kebahagiaan dan keselamatan hingga ke terminal akhir hidup kita di Surga-Nya. Aamiin Ya Allah.
Semua Indah Pada Waktunya
Kembali pada pertanyaan-pertanyaan personal diawal, hemat saya, tak mungkin ada orang yang tidak bahagia hanya karena dia lupa bahagia. Tak mungkin. Yang paling mungkin adalah, seseorang tidak bahagia karena ia mengesampingkan dzikir dalam hidupnya. Karena itu, lebih baik lupakan saja kalimat "Jangan Lupa Bahagia", kemudian fokus pada ungkapan "Jangan Lupa Berdzikir", atau "Jangan Pernah Berhenti Berdzikir", sebab dari stasiun dzikirlah, kita akan mengawali "traveling" hidup yang menakjubkan menyusuri jalan-jalan kebahagiaan dan keselamatan hingga ke terminal akhir hidup kita di Surga-Nya. Aamiin Ya Allah.
"Bahagia" melalui jalan "Jangan Lupa Bahagia" mungkin hanya bisa mengantarkan pada kebahagiaan artifisial yang semu, kalau tidak boleh dikatakan palsu. Satu-satunya jalan kebahagiaan adalah Jalan-Nya, yang akan terbentang saat kita bersungguh-sungguh mengharap Ridha-Nya:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (QS. Al-Ankabut: 69). Wallahua'lam.
Post a Comment for "Hati-Hati dengan Ungkapan "Jangan Lupa Bahagia""
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.