Istri saya menuturkan cerita yang didengar langsung dari seorang Ibu sholehah beberapa waktu lalu. Seketika mata saya meleleh mendengarnya.
Ini benar-benar kisah nyata, seorang lelaki cukup tampan, ekonomi mapan, beradab santun/sopan, hidup bersama dengan seorang istri yang sudah bertahun-tahun mengalami kelumpuhan anggota badan. Pasangan suami-istri ini sudah dikaruniai 2 anak jauh sebelum ujian kelumpuhan itu dialami.
Karena sang istri lumpuh, semua pekerjaan di-handle oleh suami, dan ikut dibantu 2 anak mereka. Tak pernah terlihat sedikitpun kesan lelah dari sang suami dalam melaksanakan rutinitas itu semua. Menggendong istri untuk bisa ke kamar mandi, menggendong lagi untuk bisa kembali ke tempat tidur, tiap hari dengan sabar dijalani oleh sang suami, tanpa keluh kesah.
Sesekali ada pembantu rumah tangga ikut bersama keluarga ini, tapi seringkali tidak betah. Istri yang lumpuh itu ternyata memiliki kemampuan mengomel yang tidak pernah lumpuh. Jangankan kepada orang lain, kepada suami sendiri tidak ada rasa keberatan sedikitpun melontarkan omelan-omelan pedas. Dan itu rutin dilakukan, serutin suaminya membantu segala keperluannya dengan tulus.
Sang suami, atau lelaki itu, adalah anak pertama dari empat bersaudara. Seluruh adik-adiknya perempuan, dan semua sudah berkeluarga pula. Pernah suatu ketika, salah seorang adiknya yang merasa sangat sedih melihat cobaan keluarga kakaknya itu, dan sudah sering menyaksikan sendiri secara langsung bagaimana istri kakaknya itu melontarkan omelan-omelan yang tak pantas kepada suami yang tak lain adalah kakak kandungnya tadi, sang Adik berkata lirih kepada sang Kakak: "Aa, agama memperbolehkan untuk menikah lagi dalam keadaan seperti ini"
Apa jawaban sang Kakak?
"Iya Neng, tapi dalam keadaan seperti ini Aa tidak akan melakukannya. Aa yakin, inilah cara yang Allah pilih untuk menggugurkan dosa-dosa Aa"
Dari sini air mata saya mulai meleleh...
"Sikap-sikap istri Aa kepada Aa sendiri yang seperti tak berperasaan itu, Aa maafkan. Dgn segala kelumpuhan dan keterbatasannya, istri Aa mungkin tak mampu berpikir lagi untuk meminta maaf, karena itu biarlah Aa yang duluan memaafkan"
Masya Allah. Lelaki berhati emas itu mungkin seperti itu...?!
Sang Adik, seperti dituturkan kepada istri saya, menyeka air matanya yang menetes sambil berkata, "Aa itu Kakak yang sangat baik, Ibu. Seumur hidup, kami bersaudara berempat, belum pernah sekalipun kami dikecewakannya, baik dengan kata-kata, apalagi dengan perbuatan. Hingga kami semua sudah pada berkeluarga ini, si Aa tetap sangat perhatian kepada kami adik-adikya semua"
Sosok suami yang sangat tegar dalam kisah nyata di atas, bukannya tidak menginginkan pasangan hidup yang ideal. Saya yakin, dia menginginkannya, bahkan sangat mengharapkannya, tetapi konsep pasangan ideal itu ia yakini hanya bisa ada di dalam Surga, yang itu semua harus didahulu dengan persembahan bukti nyata pengabdian yang tulus saat hidup di dunia yang fana ini.
Allah menciptakan ujian yang berbeda-beda bagi hamba-hamba yang dicintai-Nya, agar kesabaran diperjuangkan dengan cara yang tidak monoton, sebelum akhirnya bisa merasakan buah manisnya yang abadi dalam kehidupan yang sesungguhnya.
"Kalau istri Aa punya satu kemampuan mengomel, maka Aa harus memiliki dua kemampuan yang berbeda: satu memaafkannya, satu lagi membantu segala keperluannya dengan ikhlas, sambil menikmati hikmah-hikmah takdir-Nya"
Subhanallah... Masya Allah, Tabarakallah. Ujian sakit pada istri, diyakini sebagai penggugur dosa istri, dan pada saat yang sama, kesabaran suami menghadapi ujian itu, dengan selalu melayani segala keperluan istri, diyakini pula sebagai penggugur doa sang suami.... Saya yakin, Surga sangat merindukan lelaki seperti ini....
Post a Comment for "Saya Yakin, Surga Sangat Merindukan Lelaki Seperti Ini"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.