Sebagai bahasa yang terus berkembang, banyak kosa kata dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa asing, terutama dari Bahasa Arab. Kata "kursi" misalnya, berasal dari bahasa arab ÙƒُرْسِÙŠٌّ (kursiyyun); kata "kitab" dari Ùƒِتَابٌ (kitaabun); kata "takwa" dari تقوى (taqwaa); kata "AlQuran" dari القرآن (Al-Quran), dan masih banyak lagi kosa kata lainnya.
Dari beberapa contoh kosa kata serapan di atas, terlihat ada pola transliterasi yang tidak konsisten. Kata ÙƒُرْسِÙŠٌّ (kursiyyun) ditransliterasikan dalam bahasa Indonesia menjadi kursi. Huruf "Kaf" (Ùƒ) dalam bahasa arab ditranslitersikan menjadi huruf "K" dalam bahasa Indonesia. Demikian pula halnya dengan kata Ùƒِتَابٌ (kitaabun) yang ditransliterasikan menjadi "kitab". Dalam dua contoh tersebut, terlihat pola transliterasi yang jelas, dimana huruf "Kaf" (Ùƒ) menjadi huruf "K".
Inkonsistensi pola transliterasi terlihat dari perubahan kata تقوى (taqwaa) menjadi "takwa"; atau dari kata القرآن (Al-Quran) menjadi "AlQuran". Transliterasi dari kata تقوى (taqwaa) menjadi takwa, memperlihatkan perubahan huruf "Qof" (ق) menjadi huruf "K", tetapi dalam transliterasi kata القرآن (Al-Quran) menjadi AlQuran, huruf "Qof" (ق) tidak berubah menjadi huruf "K" melainkan menjadi huruf "Q".
Sepatutnya dalam transliterasi memperlihatkan pola yang konsisten, sebab bagaimanapun, bahasa tidak bisa terlepas kaitannya dengan karakter. Bahasa bahkan menunjukan (identitas) bangsa. Siapapun tidak mengharapkan, inkonsistensi dalam pola transliterasi ikut melahirkan inkonsistensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lebih-lebih dalam beragama.
Jika pola transliterasi dibangun secara konsisten, maka dari sedikit contoh di atas, selayaknya huruf "Kaf" (Ùƒ) ditransliterasikan menjadi huruf "K" dalam setiap kata serapan bahasa arab yang mengandung huruf tersebut, dan huruf "Qof" (Ù‚) ditransliterasikan menjadi huruf "Q", juga dalam setiap kata serapan bahasa arab yang mengandung huruf tersebut. Dengan pola transliterasi yang konsisten, maka kosa kata yang perlu dikoreksi dalam contoh di atas adalah kata "takwa" yang seharusnya menjadi "taqwa".
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memang ada kata "taqwa". Sayangnya, kata tersebut (taqwa) justru dianggap sebagai bentuk yang tidak baku dari kata "takwa". Kalau pola seperti ini dituruti, bisa-bisa kata "Al-Quran" ditransliterasikan menjadi Al-Kuran. Macam mana pula itu ... Jangan begitulaaah ... :)
Post a Comment for "Inkonsistensi Pola Transliterasi Arab-Indonesia"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.