Penderita Gagal Ginjal, dalam hal ini gagal ginjal kronis, dari tahun ke tahun jumlahnya mengalami peningkatan. Global Burden of Disease tahun 2010 menunjukan, penyakit ginjal kronis ini menduduki peringkat ke-27 penyebab kematian di dunia pada tahun 1990 dan meningkat tajam menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Penderita gagal ginjal di Indonesia tercermin dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang menunjukan, prevalensi penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 0,2% atau 2 per 1000 penduduk. Sekitar 60% penderita gagal ginjal tersebut harus menjalani terapi dialisis. Prevalensi penyakit gagal ginjal tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,5%. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Prevalensi penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%.
Penderita gagal ginjal, jika dilihat dari segi kebutuhan pembiayaan dalam JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) termasuk komponen yang memerlukan perhatian serius. Data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) tahun 2017 menunjukkan, sebanyak 10.801.787 peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendapat pelayanan untuk penyakit Katastropik, termasuk di dalamnya penderita gagal ginjal. Tahun 2016, penyakit ginjal kronis merupakan penyakit katastropik kedua terbesar setelah penyakit jantung yang menghabiskan biaya kesehatan sebesar 2,6 triliun rupiah.
Dari data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2016, sebanyak 98% penderita gagal ginjal menjalani terapi Hemodialisis, dan 2% menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD). Perlu digarisbawahi, penderita gagal ginjal sebagian besar adalah mereka yang sebelumnya telah mengidap diabetes dan hipertensi. Dari dua penyebab terbesar itu, nefropati diabetik paling dominan yakni sebesar 52%, sementara hipertensi sebesar 24%.
Dari dua fakta penyebab terbesar meningkatnya jumlah penderita gagal ginjal tersebut, yakni diabetes dan hipertensi, maka menjadi semakin jelas nilai urgensi pencegahan dua penyakit tersebut dan atau penatalaksanaanya agar potensi menuju gagal ginjal dapat ditekan seminimal mungkin. Perlu diketahui pula, bahwa peluang terjadinya diabetes dan hipertensi meningkat pada mereka yang mengalami kegemukan atau obesitas, sehingga dengan demikian kegemukan atau obesitas perlu mendapat perhatian tersendiri dalam tata laksana pencegahan terjadinya komplikasi-komplikasi penyakit.
Baca juga: Habis "4 Sehat 5 Sempurna" Terbitlah "Isi Piringku"
Seluruh lapisan masyarakat harus menjalankan gaya hidup sehat untuk menjaga agar ginjalnya tetap sehat, atau tubuh secara keseluruhan tetap sehat, antara lain dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang (rendah gula, garam, lemak dan tinggi serat), kontrol tekanan darah dan kadar gula darah, minum air putih minimal 2 liter per hari, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan dan tidak merokok.
Gaya hidup sehat dalam rangka pencegahan berbagai penyakit, tak terkecuali pencegahan peningkatan jumlah penderita gagal ginjal, dikemas oleh Kementerian Kesehatan RI dengan semboyan CERDIK yang merupakan singkatan dari 6 jenis aktivitas, yaitu: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress.
Penderita gagal ginjal di Indonesia tercermin dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang menunjukan, prevalensi penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 0,2% atau 2 per 1000 penduduk. Sekitar 60% penderita gagal ginjal tersebut harus menjalani terapi dialisis. Prevalensi penyakit gagal ginjal tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,5%. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Prevalensi penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%.
Penderita gagal ginjal, jika dilihat dari segi kebutuhan pembiayaan dalam JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) termasuk komponen yang memerlukan perhatian serius. Data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) tahun 2017 menunjukkan, sebanyak 10.801.787 peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendapat pelayanan untuk penyakit Katastropik, termasuk di dalamnya penderita gagal ginjal. Tahun 2016, penyakit ginjal kronis merupakan penyakit katastropik kedua terbesar setelah penyakit jantung yang menghabiskan biaya kesehatan sebesar 2,6 triliun rupiah.
Penderita Gagal Ginjal di Ruang Cuci Darah (Hemodialisa) |
Dari dua fakta penyebab terbesar meningkatnya jumlah penderita gagal ginjal tersebut, yakni diabetes dan hipertensi, maka menjadi semakin jelas nilai urgensi pencegahan dua penyakit tersebut dan atau penatalaksanaanya agar potensi menuju gagal ginjal dapat ditekan seminimal mungkin. Perlu diketahui pula, bahwa peluang terjadinya diabetes dan hipertensi meningkat pada mereka yang mengalami kegemukan atau obesitas, sehingga dengan demikian kegemukan atau obesitas perlu mendapat perhatian tersendiri dalam tata laksana pencegahan terjadinya komplikasi-komplikasi penyakit.
Baca juga: Habis "4 Sehat 5 Sempurna" Terbitlah "Isi Piringku"
Seluruh lapisan masyarakat harus menjalankan gaya hidup sehat untuk menjaga agar ginjalnya tetap sehat, atau tubuh secara keseluruhan tetap sehat, antara lain dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang (rendah gula, garam, lemak dan tinggi serat), kontrol tekanan darah dan kadar gula darah, minum air putih minimal 2 liter per hari, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan dan tidak merokok.
Gaya hidup sehat dalam rangka pencegahan berbagai penyakit, tak terkecuali pencegahan peningkatan jumlah penderita gagal ginjal, dikemas oleh Kementerian Kesehatan RI dengan semboyan CERDIK yang merupakan singkatan dari 6 jenis aktivitas, yaitu: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress.
Post a Comment for "Penderita Gagal Ginjal Terus Meningkat Jumlahnya Tiap Tahun, Ini Pencegahannya"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.