Bandingkan misalnya dengan, masih merujuk Ustadz Adi Hidayat, sebutan "domba-domba sesat" yang dinisbatkan kepada orang-orang yang tidak menganut agama Kristen. Atas nama toleransi, ummat Islam tidak pernah (dan tidak akan pernah) mengusulkan agar sebutan "domba-domba sesat" tidak digunakan untuk manusia yang tidak menganut agama Kristen. Tidak, selama ini terminologi teologis Nasrani "domba-domba sesat" itu tidak kita persoalkan, dan memang tidak perlu dipersoalkan, meskipun kadang-kadang juga kita bergumam dalam hati, mengapa orang yang notabene manusia diberi sebutan domba, sesat lagi, hanya karena tidak mengikuti agama Kristen?!
Kembali pada istilah Kafir, yang maknanya tidak sedikitpun mengandung konotasi menghina. Selama karakteristik keyakinan seseorang sesuai dengan gambaran pemaknaan kafir, maka selama itu sebutan tersebut melekat erat pada diri mereka. Dan, seperti disampaikan Ustadz Adi Hidayat, sebutan kafir itu sangat sopan, tidak merongrong harga diri kemanusiaan:
“Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam” (QS. Al-Maidah: 72)
“Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari tiga, padahal tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa” (QS. Al-Maidah: 73)
Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA |
Simak juga : Masya Allah !!! Khutbah Jumat Ustadz Adi Hidayat Membuat Jamaah Benar-Benar Menangis
Harus menjadi bagian dari keyakinan bahwa sesungguhnya tidak ada sedikitpun kekerasan teologis dalam sebutan kafir seperti yang dikatakan segelintir orang. Kutipan dari taklim Ustadz Adi Hidayat berikut ini sudah cukup untuk menegaskan keyakinan tersebut.
"Yang paling menarik ketika (ayat tentang kafir) itu disampaikan (atau diturunkan), tidak ada yang tersinggung. Abu Jahal nggak, Abu Lahab yang paling keras pertentangannya nggak, yang lain juga tidak. Jadi mereka sadar dengan keadaan itu", kata Ustadz Adi Hidayat.
Baca juga: Sebutan Kafir dan Non-Muslim Lebih Dari Sekadar Soal Diksi
Subhanallah, Maha Suci Allah, mustahil Dia memilih kata yang terabadikan dalam Al-Quran, lalu dikemudian hari kata itu menjadi tidak relevan lagi maknanya sehingga harus diganti dengan kata yang lain. Tak mungkin. (Cuplikan salah satu ceramah Ustadz Adi Hidayat tentang pemaknaan kata Kafir bisa disimak dalam audio berikut)
Post a Comment for "Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA: Sebutan Kafir Bersifat Netral, Obyektif dan Sangat Sopan"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.