Nama mereka terus melambung menembus batas-batas jagad. Yakin, doa-doa merekapun akan menembus pintu-pintu langit. Mereka selalu tampil memberi dukungan total dalam setiap aksi-aksi kemanusiaan dengan menyediakan konsumsi gratis bagi para peserta aksi.
Maharani Peduli, namanya. Sebuah komunitas yang terbentuk sejak Aksi 212 tahun lalu (2 Desember 2016); komunitas perkumpulan chef (juru masak) Muslim profesional dan para dermawan Muslim yang meluangkan waktu dan menginfakkan hartanya untuk mendukung aksi aksi-aksi kemanusiaan. Anggotanya berasal dari seluruh penjuru tanah air.
Mengapa menggunakan nama Maharani? Belum ada penjelasan resmi, tapi publik menyimpulkan jika itu ada kaitannya dengan nama salah seorang motor penggerak komunitas ini bernama Ibu Maharani Hasan, yang dikenal juga dengan Ibu Maidah, yang saat ini masih terus dipercaya sebagai Ketua komunitas.
Saat wartawan bertanya dari mana mereka dapat dana? Ibu Maidah menjawab, “Komunitas ini dibentuk untuk aksi, Mas, dan kami fokus di bagian logistik. Dana-dana kami berasal dari anggota komunitas kami sendiri. Ada yang menyumbang Rp. 20.000 – Rp 50.000, bahkan tak jarang ada yang sampai jutaan rupiah”.
"Mengapa memilih bagian logistik?", tanya wartawan lagi
“Rasulullah, kan, paling suka sedekah makanan. Jadi kami buka dapur logistik ini, Mas", jawab Ibu Maidah
"Motif utama apa yang menggerakkan semangat militansi komunitas ini?", lanjut wartawan penasaran.
"Ini soal hati, Mas. Bukan tentang trik dan intrik politik. Bukan tentang kamu NU, aku PERSIS, kalian FPI, atau mereka HTI dan lainnya. Bukan itu, Mas. Ini murni tentang hati yang merindukan indahnya bersilaturahmi dengan sesama saudara muslim karena Allah", jawab Ibu Maidah sambil menyeka air matanya yang meleleh.
Wartawan bergeser mendekati Ibu yang lain dari komunitas yang namanya makin harum itu.
"Ada saja pihak yang mencibir, dan bahkan menuduh kalau motif utama Maharani Peduli tidak murni karena Allah", pancing Wartawan.
Ibu yang ditanya, langsung menjawab dengan mengutip segmen akhir dari ayat ke-28 Surat Al-Fath (Kemenangan) berikut ini:
وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
Cukuplah Allah sebagai Saksi.
Tampaknya Emak-Emak militan itu sangat yakin, dalam setiap aksi kemanusiaan, yang bergerak sesungguhnya adalah jiwa yang sangat merindukan dikumpulkan dengan jiwa-jiwa lainnya yang sama. Semangat ini yang tidak bisa tergadaikan apalagi terbeli.
Berikut adalah testimoni dari salah seorang Ibu aktivis Maharani Peduli dalam aksi 22 Mei 2019 lalu.
Loading...
Sejumput Kesaksian di Malam itu
Sepulang dari Petamburan, saya dan team dari Komunitas Maharani Peduli, kembali melewati para tentara TNI yang berjaga di sepanjang Jalan Petamburan.
Jadi ingat, ada beberapa yang Japrie saya : "Ukhti, support juga dong bapak-bapak TNI, mereka juga perlu diperhatikan, diberikan makanan dan minuman"
Gak mikir 2 kali, mobil melipir minggir dan saya mendatangi kumpulan bapak-bapak TNI. Duh, masih muda-muda sekali, wajahnya terlihat lelah.
Trus saya sampaikan : ada kurang lebih 100 pax makanan dan minum, apakah mau menerima? Saya bilang ini dari Maharani Peduli, insya Allah aman.
Alhamdulillah, mereka mau menerimanya. Dengan penuh antusias mereka menurunkan bungkusan-bungkusan makanan dari mobil saya.
Kemudian kami ngobrol, foto bareng, dan saya katakan, tolong jaga saudara-saudara kami, lalu dijawab : Siap Ibu, TNI bersama rakyat..
Duh, terharu...
Sebelum berpisah saya tanya, apakah Muslim? Berpuasa? Mau dikirimkan makanan sahur?
Dijawab : Muslim Bu, kami puasa, makan sahur dapat dari dalam (Markas FPI).
MasyaAllah ...
Baca juga: Aku Bersaksi, Inilah FPI di Mata Saya
Catatan Lepas: Situs web ini tersedia di Google Play Store. Bagi yang berkenan, aplikasinya bisa diakses melalui link ini: Play Store for La Ode Ahmad.
Post a Comment for "Air Mata Meleleh Membaca Kesaksian Ibu-Ibu Militan Ini"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.