Muhammad Syahrur. Pemikirannya menjadi referensi utama Abdul Aziz dalam menyusun Disertasi berjudul Konsep Milk Al-Yamin Muhammad Syahrur Sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital. |
Seperti yang saya tulis dalam dua artikel sebelumnya, yakni Zaman Makin Jahiliah, Disertasi Dosen Studi Islam Halalkan Hubungan Seksual Tanpa Nikah, dan Atas Kasus Disertasi Tak Bermoral Itu, Seharusnya Ini yang Dilakukan Oleh Kampus, pemikiran kontroversial liberal Muhammad Syahrur dijadikan sebagai referensi utama Disertasi Abdul Aziz. Pertanyaannya, siapa Muhammad Syahrur yang begitu diidolakan oleh Abdul Aziz itu?
Muhammad Syahrur adalah pemikir liberal yang sangat kontroversial. Buku perdananya berjudul Al-Kitab wa Al-Qur’an: Qira’ah Mu’asirah, di mata banyak pengamat, buku itu lebih berbahaya dari karya kontroversial Salman Rushdie bertajuk The Satanic Verses alias Ayat-Ayat Setan.
Syahrur lahir pada tanggal 11 April 1938 di Damaskus, Suriah. Pendidikan dasar dan menengahnya diselesaikan di tanah kelahirannya, sebelum akhirnya pindah ke Moskow, Rusia pada tahun 1957 dalam rangka menempuh studi teknik sipil atas beasiswa dari Pemerintah Suriah.
Selama di Rusia, Syahrur tertarik dengan teori-teori Marxis, yang dikemudian hari ternyata mewarnai pemikiran dan karya-karyanya, termasuk dalam tema-tema krusial yang berani secara lancang mendekontruksi pemikiran-pemikiran Islam di sejumlah bidang, termasuk yang terkait dengan persoalan relasi seksual.
Tahun 1969 Syahrur meraih gelar Master di bidang teknik. Tahun 1972 menyelesaikan program Doktoralnya, dan pada tahun yang sama ia diangkat secara resmi menjadi Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Damaskus, mengampu mata kuliah Mekanika Pertanahan dan Geologi.
Dari background pendidikan, Muhammad Syahrur bukanlah seorang mufassir (pakar tafsir), bukan ahli fikih atau ushul fikih, juga bukan ahli Bahasa Arab (Al-Lughah Al-Arabiyah).
Dari sini, sebuah keanehan besar di level akademik tertinggi telah terjadi di sebuah perguruan tinggi Islam negeri ini: Produk pemikiran kontroversial liberal Muhammad Syahrur yang notabene tidak memiliki sama sekali background mufassir, fikih, ushul fikih, maupun lughah, dijadikan sebagai referensi utama oleh Saudara Abdul Aziz dalam menyususn sebuah Disertasi "sampah" berjudul: Konsep Milk al-Yamin Muhammad Syahrur Sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital.
Keanehan di atas dikritik oleh banyak pihak, salah satu di antaranya adalah Dosen Studi Quran UIN Malang, Dr. M. Fauzan Zenrif M. Ag. Menurutnya, referensi yang digunakan Abdul Aziz itu tidak cocok sama sekali untuk Disertasi terkait hukum Islam.
“Lha Syahrur itu siapa? Dia kan ahli teknik dari Suriah. Dia bukan ahli Alquran. Tapi dia (Abdul Aziz) gunakan itu dalam Disertasinya” tegas Fauzan.
Dalam hal ini, Fauzan mengibaratkan apa yang dilakukan Abdul Aziz itu adalah seperti orang sakit yang meminta resep obat kepada dukun.
Yang lebih mengerikan lagi, sebagaimana dimuat dalam halaman MoslemToday, Muhammad Syahrur itu adalah seorang Komunis Atheis. Syekh Albani Rahimahullah semasa hidupnya pernah ditanya tentang sosok Muhammad Syahrur ini. “Namanya Muhammad Syahrur, saya mengetahuinya, dia itu Syuyu’i (Komunis), dia pergi ke Rusia dan belajar di sana. Ketika kembali saya berbicara dengannya tentang sebagian masalah maka menjadi jelas bagi saya bahwa ternyata dia itu Mulhid (Atheis)” kata Syekh Albani, sebagaimana dikutip dalam MoslemToday.
Post a Comment for "Innalillahi, Referensi Disertasi Heboh Itu Ternyata Lebih Mengerikan Lagi"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.