Wajah salah satu kawasan pemukiman di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat. |
Tak seperti biasanya, rumah makan itu tutup lebih awal. Selama ini, rumah makan itu buka jam 8 pagi, dan tutup jam 9 malam. Tapi, Selasa kemarin, jam 12 siang sudah tutup, atau 9 jam lebih awal.
Kemarin memang banjir kembali melanda beberapa kawasan pemukiman. Saya menduga, jangan-jangan tempat tinggal pemilik rumah makan itu ikut terdampak banjir pula sehingga beliau pulang lebih awal atau menutup rumah makannya 9 jam lebih cepat.
Hari ini, saat rumah makan itu kembali buka lagi, aku bertanya pada pemiliknya;
"Kemarin kok tutup lebih awal Pak?"
Dengan praduga sebelumnya, saya membayangkan Bapak pemilik rumah makan itu akan menjawab, "Oya kemarin kami tutup lebih awal karena rumah kediaman kami ikut kebanjiran"
Tapi, ternyata itu hanya praduga saya saja. Rumah kediaman Bapak itu sama sekali tidak terpapar banjir. Lalu, mengapa rumah makannya tutup lebih awal? Jawabannya benar-benar membuat saya terperangah.
"Kemarin sebelum kami tutup, ada seorang pemuda datang makan di sini, satu porsi sederhana dengan lauk tempe dan perkedel. Setelah selesai makan, pemuda itu menghampiri petugas kasir. Kami pikir dia akan membayar untuk satu porsi yang baru saja selesai dimakan. Ternyata tidak"
"Astaghfirullah, pemuda itu tidak membayar?"
"Oh, saya tidak mengatakan pemuda itu tidak membayar. Yang terjadi adalah, sebelum membayar, pemuda itu minta agar semua makanan yang masih ada saat itu dibungkus perporsi, lalu ia bayar seluruhnya. Ini yang kemarin membuat kami tutup atau pulang lebih awal, karena semua makanan langsung habis diborong oleh pemuda itu"
"Masya Allah. Kira-kira untuk apa sang pemuda tersebut memborong makanan sebanyak itu ya?"
"Dia bilang, ini sedekah pribadinya yang akan ia bagikan kepada orang-orang yang rumahnya terendam banjir kemarin"
"Masya Allah. Betapa mulianya hati pemuda itu. Dan alangkah rindunya Surga pada pemuda seperti itu"
Saat ada yang berjuang memetik buah-buah kebaikan dari jalan kesabaran, hadir pula orang-orang yang memetik buah yang sama dari jalan kepedulian.
Post a Comment for "Banjir dan Langkah Pemuda yang Dirindukan Surga"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.