"Kalau saya berdoa setelah sholat, doa saya simpel aja, ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, karena Tuhan kita bukan orang Arab"
Terus terang saya katakan dari awal bahwa kutipan di atas menjadi problematik akibat frase terakhir, "karena Tuhan kita bukan orang Arab"
Bandingkan, betapa indahnya secara bahasa, dan bahkan secara adab, jika ungkapan di atas berbunyi sebagai berikut:
"Kalau saya berdoa setelah sholat, doa saya simpel aja, ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, karena saya yakin Tuhan pasti memahami bahasa apapun tak terkecuali bahasa Indonesia"
Atau, tak kalah elegan bisa juga dengan ungkapan seperti di bawah ini.
"Kalau saya berdoa setelah shalat, doa saya simpel saja, ya Tuhan pakai bahasa Indonesia saja, sebab terus terang saya belum fasih jika menggunakan bahasa Arab"
Kembali pada kutipan di awal, mengapa sekonyong-konyong harus memunculkan frase "karena Tuhan kita bukan orang Arab"?
Frase problematik "karena Tuhan kita bukan orang Arab" ini cenderung memantulkan nuansa sinisme semantik pada ras tertentu, sekaligus bayang-bayang absurditas konsep ketuhanan secara reduksionis ke tingkat personifikasi yang potensial sangat fatalistik. Ini bahkan lebih condong pada narasi penistaan Tuhan atau Agama.
Maka, sekedar respon balik saya secara personal atas ungkapan problematik di atas, ada 3 hal ringan yang ingin saya tegaskan.
Pertama, saya suka Bahasa Indonesia, apalagi Allah sudah takdirkan saya lahir di Indonesia, besar di Indonesia, pendidikan di Indonesia, bekerja di Indonesia, sebuah negeri nan subur yang keberadaannya tidak mungkin muncul sendiri begitu saja tanpa kuasa Sang Pencipta.
Kedua, saya juga suka Bahasa Arab, suka banget malah, apalagi Kitab Suci saya Bahasa Arab, diturunkan di Arab, diajarkan pertama kali oleh Nabi/Rasul dari Arab, dan Nabi/Rasul itu adalah Sang Idola utama saya: Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Ketika berdoa saya lebih senang memakai bahasa yang sering digunakan oleh Sang Idola utama saya.
Ketiga, soal Tuhan, tak bisa diganggu gugat lagi keyakinan saya. Tuhan yang saya yakini adalah Allah. Dia bukan orang Arab, bukan orang Indonesia, bukan orang manapun. Bahkan, yang lebih prinsipil lagi, Dia tidak masuk kategori orang (person). Dia Ahad, Esa, tidak ada sesuatu apapun juga yang serupa dengan-Nya: Laisa kamitslihi syai'un. Subhanallah, Maha Suci Allah dari segala sangkaan jahil apapun.
Itu saja dulu !!!
Post a Comment for "Karena Tuhan Kita Bukan Orang Arab?"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.