Ba'da Isya 6 Juli 2022. Saat artikel ini saya tulis, mata saya berkaca-kaca, membayangkan kesyahduan dan indahnya suasana istimewa Arafah yang dalam waktu dekat akan segera dipadati sekitar satu juta jemaah haji dari berbagai penjuru negeri. Saat wukuf nanti, keberkahan Hari Jumat dan sekaligus keberkahan Hari Arafah menyatu di puncak Haji tahun ini. Allahu Akbar. Haji Akbar.
Kamis 7 Juli besok (8 Dzulhijjah di Saudi), dalam kondisi berpakaian ihram, jemaah haji akan bergerak dari pondokan di Makkah menuju Arafah untuk persiapan wukuf. Sesuai giliran yang diatur Maktab, ada rombongan jemaah haji yang akan diberangkatkan ke Arafah sebelum Dhuhur, ada pula yang setelah Dhuhur.
Dalam situasi trafic padat jemaah, perjalanan dari Makkah ke Arafah rata-rata ditempuh dalam waktu 1 jam; faktualnya bisa kurang, tapi bisa juga lebih. Dan umumnya, sebelum magrib, atau sebelum terjadi pergantian tanggal dari 8 ke 9 Dzulhijjah, jemaah haji Indonesia seluruhnya sudah berada di Arafah, kecuali yang melakukan Tarwiah.
Sebagian jemaah haji yang memilih melakukan Tarwiah, tanggal 8 Dzulhijjah berada di Mina (bukan di Arafah). Rombongan jemaah Tarwiah ini akan bergerak menuju Arafah pada pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah segera setelah menunaikan shalat subuh di Mina.
Jumat 9 Dzulhijjah setelah tergelincir matahari, seluruh jemaah haji akan melakukan wukuf hingga menjelang magrib tiba di hari itu.
Ba'da Magrib/Isya tanggal 10 Dzulhijjah, jemaah haji mulai diberangkatkan dari Arafah menuju Muzdalifah untuk mabit hingga lepas tengah malam, dan selanjutnya diberangkatkan menuju Mina.
Hari pertama di Mina, masih tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Nahar) jemaah haji melontar Jumrah Aqobah saja dengan 7 kali lontaran kerikil yang sebelumnya diambil di Muzdalifah (bahkan tidak jarang kerikilnya telah disiapkan dari Arafah). Usai lontar Jumrah Aqobah di Hari Nahar tersebut, jemaah haji sudah bisa mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa.
Tanggal 11 Dzulhijjah, Hari Tasyrik pertama, jemaah haji melontar 3 Jumrah, yakni Jumratul Ula, Jumratul Wustha dan Jumratul Aqobah, masing-masing 7 kali lontaran berturut-turut.
Tanggal 12 Dzulhijjah, Hari Tasyrik kedua, jemaah haji kembali melontar jumrah seperti Hari Tasyrik pertama. Dan usai melontar jumrah di hari Tasyrik kedua ini, jemaah haji sudah diperbolehkan meninggalkan Mina menuju Pondokan di Makkah. Jemaah haji yang meninggalkan Mina setelah selesai melontar jumrah di Hari Tasyrik kedua disebut sebagai jemaah yang mengambil Nafar Awal. Umumnya jemaah haji Indonesia mengambil Nafar Awal.
Tanggal 13 Dzulhijjah, Hari Tasyrik ketiga, jemaah haji yang tidak mengambil Nafar Awal, kembali melakukan lontar jumrah seperti Hari Tasyrik sebelumnya. Tuntas melakukan lontar jumrah di Hari Tasyrik ketiga, jemaah haji meninggalkan Mina menuju pondokan di Makkah. Jemaah haji yang meninggalkan Mina di Hari Tasyrik terakhir ini disebut sebagai jemaah yang mengambil Nafar Akhir atau Nafar Tsani.
Setelah berada di Makkah, jemaah haji masih harus mengatur waktu untuk melakukan Thawaf Ifadhah sebagai salah satu rukun haji. Tak jarang, Tawaf Ifadhah ini dilakukan oleh jemaah segera setelah melontar Jumratul Aqobah di Hari Nahar (10 Dzulhijjah), dengan catatan jemaah harus sudah berada di Mina lagi sebelum magrib atau sebelum masuk tanggal 11 Dzulhijjah. Sampai di sini, selesai sudah rangkaian ibadah haji.
Sebelum meninggalkan Makkah untuk kembali ke Tanah Air (Jemaah Haji Gelombang 1), atau sebelum menuju Madinah (Jemaah Haji Gelombang 2), jemaah melakukan Thawaf Wada atau Thawaf Perpisahan. Hajjan Mabruuran.
Post a Comment for "Arafah Menjelang Puncak Haji Akbar 2022"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.