Tajug tidak terlepas kaitan substansialnya dengan sejarah perkembangan Islam di Indonesia oleh para Wali Songo.
Saat Islam masuk ke Indonesia melalui Samudera Pasai, para ulama kemudian membangun Menasah. Menasah itu bahasa Aceh, yang artinya sama dengan Musholla dalam bahasa Arab.
Sampai di Sumatera Barat, istilah Menasah berubah menjadi Surau. Di beberapa wilayah ada yang menyebutnya dengan istilah Langgar. Di Jawa Barat atau di tataran Sunda istilah Menasah berganti nama menjadi Tajug.
Sesungguhnya semua istilah itu merujuk pada satu makna yakni tempat berkumpulnya para jemaah dalam melaksanaan ibadah mahdloh dan sekaligus ibadah sosial. Dengan kata lain, semua istilah yang disebutkan di awal terwakili maknanya dengan kata Masjid.
Tajug Gede Purwakarta adalah sebuah kompleks masjid dan pusat keagamaan yang terletak di Desa Cilodong, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kompleks ini dibangun pada masa kepemimpinan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, pada tahun 2015.
Gagasan pembangunan Tajug Gede Purwakarta muncul dari keinginan Bupati kala itu, Bapak Dedi Mulyadi, untuk membangun sebuah pusat keagamaan yang modern dan ramah lingkungan. Selain itu, Bupati Dedi Mulyadi juga ingin mengubah citra Cilodong yang dulunya dikenal sebagai kawasan yang rawan prostitusi menjadi kawasan religius.
Kompleks Tajug Gede Purwakarta dibangun di atas lahan seluas 10 hektare. Kompleks ini terdiri dari sebuah masjid utama, sembilan bedug, museum, taman, dan berbagai fasilitas lainnya.
Bangunan utama Tajug Gede Purwakarta memiliki luas 2.500 meter persegi dan mampu menampung hingga 10.000 jemaah. Masjid ini memiliki desain yang unik, yaitu berbentuk segi delapan dengan atap yang menjulang tinggi.
Sembilan bedug yang ada di Tajug Gede Purwakarta memiliki makna simbolis. Beberapa di antaranya adalah, sembilan bedug tersebut melambangkan sembilan tingkatan kehidupan manusia, yaitu: Bayi, Anak-anak, Remaja, Dewasa, Tua, Arif, Kamil, Mukhlis, Mukmin.
Makna simbolis lainnya dari sembilan bedug Tajug Gede Purwakarta adalah melambangkan sembilan lubang dalam diri manusia, yaitu dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, satu mulut, satu anus, dan satu alat kelamin. Sembilan beduk ini melambangkan kesempurnaan diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Selain itu, sembilan bedug Tajug Gede juga mencerminkan sembilan Wali Songo. Wali Songo adalah sembilan orang penyebar agama Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa.
Museum yang ada di Tajug Gede Purwakarta berisi tentang sejarah Islam di Indonesia. Museum ini juga memiliki diorama yang menggambarkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Taman yang ada di Tajug Gede Purwakarta dikelilingi oleh berbagai fasilitas rekreasi, seperti kolam renang, taman bermain, dan area piknik.
Pembangunan Tajug Gede Purwakarta telah mengubah citra Cilodong menjadi lebih baik. Kawasan ini kini menjadi tujuan wisata religi yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang Tajug Gede Purwakarta:
Saat Islam masuk ke Indonesia melalui Samudera Pasai, para ulama kemudian membangun Menasah. Menasah itu bahasa Aceh, yang artinya sama dengan Musholla dalam bahasa Arab.
Sampai di Sumatera Barat, istilah Menasah berubah menjadi Surau. Di beberapa wilayah ada yang menyebutnya dengan istilah Langgar. Di Jawa Barat atau di tataran Sunda istilah Menasah berganti nama menjadi Tajug.
Sesungguhnya semua istilah itu merujuk pada satu makna yakni tempat berkumpulnya para jemaah dalam melaksanaan ibadah mahdloh dan sekaligus ibadah sosial. Dengan kata lain, semua istilah yang disebutkan di awal terwakili maknanya dengan kata Masjid.
Tajug Gede Purwakarta adalah sebuah kompleks masjid dan pusat keagamaan yang terletak di Desa Cilodong, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kompleks ini dibangun pada masa kepemimpinan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, pada tahun 2015.
Gagasan pembangunan Tajug Gede Purwakarta muncul dari keinginan Bupati kala itu, Bapak Dedi Mulyadi, untuk membangun sebuah pusat keagamaan yang modern dan ramah lingkungan. Selain itu, Bupati Dedi Mulyadi juga ingin mengubah citra Cilodong yang dulunya dikenal sebagai kawasan yang rawan prostitusi menjadi kawasan religius.
Kompleks Tajug Gede Purwakarta dibangun di atas lahan seluas 10 hektare. Kompleks ini terdiri dari sebuah masjid utama, sembilan bedug, museum, taman, dan berbagai fasilitas lainnya.
Bangunan utama Tajug Gede Purwakarta memiliki luas 2.500 meter persegi dan mampu menampung hingga 10.000 jemaah. Masjid ini memiliki desain yang unik, yaitu berbentuk segi delapan dengan atap yang menjulang tinggi.
Sembilan bedug yang ada di Tajug Gede Purwakarta memiliki makna simbolis. Beberapa di antaranya adalah, sembilan bedug tersebut melambangkan sembilan tingkatan kehidupan manusia, yaitu: Bayi, Anak-anak, Remaja, Dewasa, Tua, Arif, Kamil, Mukhlis, Mukmin.
Makna simbolis lainnya dari sembilan bedug Tajug Gede Purwakarta adalah melambangkan sembilan lubang dalam diri manusia, yaitu dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, satu mulut, satu anus, dan satu alat kelamin. Sembilan beduk ini melambangkan kesempurnaan diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Selain itu, sembilan bedug Tajug Gede juga mencerminkan sembilan Wali Songo. Wali Songo adalah sembilan orang penyebar agama Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa.
Museum yang ada di Tajug Gede Purwakarta berisi tentang sejarah Islam di Indonesia. Museum ini juga memiliki diorama yang menggambarkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Taman yang ada di Tajug Gede Purwakarta dikelilingi oleh berbagai fasilitas rekreasi, seperti kolam renang, taman bermain, dan area piknik.
Pembangunan Tajug Gede Purwakarta telah mengubah citra Cilodong menjadi lebih baik. Kawasan ini kini menjadi tujuan wisata religi yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang Tajug Gede Purwakarta:
- Tajug Gede Purwakarta adalah masjid terbesar di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat;
- Masjid ini memiliki sembilan bedug, yang sarat dengan sejumlah kandungan makna simbolik, diantaranya melambangkan simbol dari eksistensi Wali Songo dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa;
- Tajug Gede Purwakarta juga memiliki museum yang berisi tentang sejarah Islam di Indonesia;
- Kawasan ini kini menjadi tujuan wisata religi yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Post a Comment for "Sarat Makna Simbolik, Masjid Besar Purwakarta Itu Bernama Tajug Gede"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.