Gambar ilustrasi Azab Kaum Tsamud |
Al-Ula, sebuah wilayah di barat laut Arab Saudi, menyimpan kekayaan sejarah yang luar biasa. Terletak di jantung Jalur Kemenyan kuno, Al-Ula dahulu merupakan pusat peradaban penting seperti Nabatea, Dedan, dan Lihyan. Namun, wilayah ini juga memiliki kaitan mendalam dengan kisah kaum Tsamud, yang dihancurkan oleh azab Allah SWT karena menolak ajaran Nabi Shaleh as. Situs yang kini dikenal sebagai Mada'in Saleh menjadi saksi bisu dari kehancuran kaum yang dahulu hidup dalam kemewahan dan kemegahan.
Dengan latar belakang sejarah yang begitu kaya dan kompleks, muncul pertanyaan bagi banyak orang, khususnya umat Muslim: Bolehkah kita mengunjungi Al-Ula, terutama Mada'in Saleh, yang merupakan lokasi azab kaum Tsamud?
Sejarah Singkat Al-Ula dan Kaum Tsamud
Al-Ula telah dihuni selama ribuan tahun dan menjadi tempat penting bagi peradaban Dedan dan Lihyan. Pada puncaknya, kota ini berada di bawah kendali Kerajaan Nabatea, yang juga menguasai Petra di Yordania. Mereka membangun makam-makam megah yang dipahat di dinding batu pasir, yang hingga kini menjadi daya tarik utama Mada'in Saleh.
Namun, sebelum peradaban Nabatea, wilayah ini dikenal sebagai tempat tinggal kaum Tsamud, yang disebut dalam Al-Qur'an. Kaum ini diberi peringatan oleh Nabi Shaleh AS untuk beriman kepada Allah, tetapi mereka menolaknya, bahkan membunuh unta mukjizat yang diberikan sebagai tanda peringatan. Akibat kedurhakaan ini, Allah mengirimkan azab berupa gempa dan suara keras yang menghancurkan mereka.
Dasar Historis Larangan Berkunjung
Hadis Nabi Muhammad SAW terkait larangan berkunjung ke Mada'in Saleh sering kali dijadikan dasar bahwa wilayah tersebut adalah tempat yang harus dihindari. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Nabi mengingatkan para sahabat untuk tidak memasuki tempat yang dihuni oleh kaum yang telah diazab Allah, kecuali dengan rasa takut dan keinsafan.
"Janganlah kalian memasuki tempat orang-orang yang diazab, kecuali jika kalian menangis. Jika kalian tidak menangis, jangan masuk ke tempat tersebut agar tidak terkena azab seperti yang menimpa mereka" (HR. Al-Bukhari)
Hadis ini secara jelas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak mengharamkan berkunjung ke lokasi tersebut, tetapi memberikan pedoman moral dalam bersikap ketika berada di sana. Inti dari peringatan Nabi adalah agar kita tidak melupakan betapa besar dan nyata hukuman Allah bagi mereka yang durhaka dan menolak kebenaran.
Dasar Logis Diperbolehkannya Berkunjung ke Al-Ula
Pertama, mengambil pelajaran (ibrah) dari sejarah. Salah satu aspek utama dari peringatan Nabi SAW adalah agar umat Islam yang berkunjung ke wilayah tersebut melakukannya dengan penuh kesadaran dan refleksi. Mengunjungi situs-situs seperti Mada'in Saleh bisa menjadi sarana untuk mengingat kebesaran Allah SWT dan mengambil pelajaran dari kehancuran kaum terdahulu. Dalam Al-Qur'an, Allah berulang kali mengingatkan umat manusia untuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah kaum yang dihancurkan, agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama.
"Dan sesungguhnya telah Kami tinggalkan dari umat-umat itu suatu tanda yang nyata bagi orang-orang yang mau memikirkan” (QS. Al-Furqan: 37)
Melihat sisa-sisa peradaban kaum Tsamud secara langsung dapat menjadi pengingat betapa besarnya dampak ketidaktaatan kepada Allah dan sekaligus memicu rasa takut kepada-Nya. Dengan demikian, kunjungan ke Al-Ula dapat menjadi sarana untuk memperkuat iman, asalkan dilandasi niat yang benar.
Kedua, sikap hormat dan kehati-hatian. Nabi Muhammad SAW tidak melarang umat Islam untuk berkunjung, melainkan memberikan panduan agar tidak berlama-lama atau bersikap sembrono di tempat yang pernah terkena azab. Sebagaimana yang beliau sabdakan, berkunjung ke sana diperbolehkan jika kita melakukannya dengan rasa takut dan kesadaran penuh akan kehancuran yang pernah terjadi. Ini menunjukkan bahwa kunjungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran spiritual dan rasa hormat pada peringatan Allah adalah sah-sah saja.
Ketiga, wisata sejarah sebagai sarana dakwah. Saat ini, Al-Ula dan Mada'in Saleh menjadi bagian dari proyek pariwisata besar Arab Saudi melalui program Vision 2030, yang bertujuan untuk memperkenalkan sejarah dan kebudayaan Arab kepada dunia. Bagi umat Islam, ini juga dapat dilihat sebagai kesempatan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dan memperkenalkan kisah-kisah penting dari Al-Qur'an kepada wisatawan non-Muslim. Dengan demikian, kunjungan ke tempat ini juga dapat dimaknai sebagai sarana dakwah, di mana kisah kaum Tsamud bisa menjadi pelajaran universal tentang ketidaktaatan dan keadilan Tuhan.
Keempat, pelestarian sejarah dan pendidikan. Al-Ula juga merupakan situs bersejarah yang diakui oleh UNESCO. Pelestarian situs-situs seperti ini adalah penting untuk memberikan wawasan kepada generasi mendatang tentang masa lalu umat manusia. Mengabaikan situs-situs tersebut justru dapat membuat kita melupakan pentingnya sejarah dan peringatan yang terkandung di dalamnya.
Dengan mempertimbangkan sejumlah argumen dasar di atas, maka bisa disimpulkan bahwa berkunjung ke Al-Ula dan Mada'in Saleh bukanlah hal yang terlarang, selama dilakukan dengan niat dan sikap yang benar. Hadits Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu bersikap waspada dan mengambil pelajaran dari kehancuran kaum-kaum terdahulu, namun bukan berarti kita dilarang sepenuhnya untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Artinya, dengan tetap mengedepankan kesadaran spiritual, rasa takut kepada Allah, dan niat untuk merenungkan kebesaran-Nya, kunjungan ke situs bersejarah seperti Al-Ula dapat menjadi sarana untuk memperkuat iman dan mengenang sejarah penting yang mengajarkan kita banyak hal. Pada akhirnya, yang dilarang adalah sikap lalai dan angkuh, bukan kunjungannya itu sendiri. Wallahua'lam.
Post a Comment for "Bolehkah Umat Islam Mengunjungi Al Ula Arab Saudi, Lokasi Azab Kaum Tsamud Itu? Ini Jawabannya"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.