Ini Reaksi Tubuh Saat Makan dalam Posisi Berdiri, Duduk, Berbaring

Posisi badan saat makan (termasuk juga saat minum) memberikan pengaruh tersendiri pada tubuh, dan tentu saja masing-masing posisi itu berpotensi membawa implikasi tersendiri bagi kesehatan.


Memang secara umum, posisi makan yang banyak kita jumpai adalah dalam keadaan duduk. Namun, tidak jarang pula kita menyaksikan seseorang makan dalam posisi berdiri, seperti pada acara-acara hajatan tertentu yang ketersedian tempat duduknya sangat terbatas.

Sementara itu, meski lebih jarang lagi, posisi makan sambil baringpun kadang-kadang kita jumpai pula. Dalam artikel ini, ketiga posisi makan itu: berdiri, duduk, dan atau berbaring, akan sedikit diulas untuk memberikan gambaran respon tubuh pada setiap posisi makan, dan memantapkan keyakinan mengapa posisi tertentu sangat direkomendasikan dibandingkan posisi lainnya.

Makan dalam Posisi Berdiri

Makan sambil berdiri cenderung membuat seseorang makan lebih cepat, karena tubuh berada dalam posisi lebih aktif. Ini dapat menyebabkan kurangnya pengunyahan yang tepat, yang dapat mempengaruhi pencernaan.

Makan dalam posisi sambil berdiri, sangat berpotensi menyebabkan makanan lebih cepat turun ke lambung, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi tersebut meningkatkan risiko kejadian refluks asam lambung, karena katup antara lambung dan kerongkongan relatif tidak sepenuhnya tertutup.

Selain itu, dengan makan sambil berdiri, gravitasi membantu mempercepat pengosongan lambung, sehingga makanan bergerak lebih cepat melalui saluran pencernaan. Keadaan ini bisa mengurangi rasa kenyang dalam jangka pendek, sehingga kemudian merangsang sensasi untuk makan lebih banyak. Hal ini tentu kontraproduktif, khususnya dengan mereka yang sedang mengupayakan pembatasan kalori.

Pengosongan lambung yang terlalu cepat, sering disebut dengan istilah gastrointestinal dumping syndrome, berpotensi memicu sejumlah dampak negatif bagi kesehatan.

Makanan yang tidak sepenuhnya dicerna di lambung akan masuk ke usus halus terlalu cepat, menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare, kembung, dan bahkan kram perut.

Bukan hanya itu, pengosongan lambung yang cepat dapat memicu peningkatan kadar glukosa darah secara tiba-tiba setelah makan, diikuti dengan penurunan drastis, disusul gejala seperti pusing, lelah, atau berkeringat, lebih sering keringat dingin.

Tambahan lagi, akibat makanan terlalu cepat meninggalkan lambung, dalam arti makanan tidak cukup waktu untuk dicerna dengan baik, maka tubuh sangat mungkin tidak mampu menyerap nutrisi tertentu secara efektif, yang kemudian menyebabkan defisiensi nutrisi tertentu.

Makan dalam Posisi Duduk

Dalam posisi duduk, seseorang memungkinkan makan lebih lambat dan lebih fokus pada makanan. Hal ini dapat mendukung proses pengunyahan yang lebih baik, yang membantu proses pencernaan. Mengunyah yang baik memecah makanan menjadi partikel yang lebih kecil, sehingga lebih mudah dicerna oleh lambung dan usus.

Sehubungan proses makan lebih lambat dan pencernaan lebih terkontrol, makan dalam posisi duduk dapat membantu seseorang merasa kenyang lebih lama, yang bisa mengurangi risiko makan berlebihan.

Hal penting lainnya, makan dengan posisi duduk tegak sangat membantu menjaga katup antara lambung dan kerongkongan tetap tertutup, sehingga mengurangi risiko refluks asam lambung atau heartburn.

Catatan tambahan, makan dalam posisi duduk cenderung dikaitkan dengan suasana yang lebih santai, sehingga seseorang relatif lebih sadar akan porsi yang dikonsumsi dan merasa lebih puas dengan jumlah makanan yang lebih sedikit.

Makan dalam Posisi Baring

Saat makan dalam posisi berbaring, gravitasi tidak membantu menjaga makanan di dalam lambung. Hal ini dapat menyebabkan cairan lambung naik kembali ke kerongkongan, yang dikenal sebagai refluks asam atau GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease) dengan gejala yang sangat tidak nyaman berupa sensasi terbakar di dada (heartburn) dan rasa asam atau pahit di mulut.

Makan sambil berbaring juga bisa membuat proses menelan menjadi lebih sulit, terutama bagi orang yang memiliki masalah menelan atau disfagia. Posisi berbaring dapat memperlambat jalannya makanan dari mulut ke lambung, yang bisa menyebabkan tersedak atau masalah pencernaan lainnya.

Posisi berbaring saat makan menghambat kerja lambung dalam mencerna makanan dengan baik sehingga berpotensi menyebabkan gangguan pencernaan, seperti perut kembung, mual, atau rasa tidak nyaman di perut.

Potensi bahaya lainnya, makan sambil berbaring juga meningkatkan risiko tersedak, terutama jika seseorang tidak mengunyah makanannya dengan baik. Saluran udara dan saluran pencernaan lebih rentan tersumbat saat seseorang berbaring, sehingga makan dalam posisi berbaring sangat tidak dianjurkan.

Posisi Makan Terbaik

Dari semua uraian di atas, tampak bahwa tidak ada pilihan terbaik dalam hal posisi makan (juga minum) selain dari posisi sambil duduk.

Sebelum ilmu pengetahuan menyingkap fakta-fakta di atas, lebih dari 1500 tahun yang lalu Baginda Rasulullah Muhammad Saw sudah mengajarkan adab dan tata cara dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali adab makan dan minum.

Baginda Rasulullah Muhammad SAW memberikan panduan dan contoh yang tidak hanya mencerminkan kesederhanaan dan rasa syukur, tetapi juga berdampak positif bagi kesehatan.

Rasulullah menganjurkan umatnya untuk makan dalam posisi duduk, terutama dalam posisi yang tidak bersandar. Anjuran ini didasarkan pada beberapa hadits yang menggambarkan bagaimana Nabi lebih memilih untuk makan dengan cara yang sederhana dan rendah hati.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda:

إِنِّي لَا آكُلُ مُتَّكِئًا

"Aku tidak pernah makan sambil bersandar” (HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi SAW lebih memilih makan dalam posisi duduk dengan cara yang sederhana, tanpa bersandar. Posisi ini memungkinkan seseorang untuk lebih fokus pada makanan yang dimakan, menghindari sikap berlebihan, dan mencerminkan rasa syukur terhadap nikmat Allah.

Baginda Nabi SAW secara khusus melarang minum dalam posisi berdiri. Hal ini disebutkan dalam beberapa hadits, salah satunya adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

لَا يَشْرَبَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ قَائِمًا، فَمَنْ نَسِيَ فَلْيَسْتَقِئْ

"Janganlah salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Barang siapa yang lupa, maka hendaknya ia muntahkan” (HR. Muslim)

Larangan ini menunjukkan bahwa minum sambil berdiri dianggap tidak patut dalam Islam yang belakangan fakta-fakta ilmiah menunjukan aneka ragam hikmah di balik larangan tersebut.

Selain posisi makan, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya moderasi dalam makan. Beliau mengajarkan agar umatnya tidak memenuhi perut secara berlebihan. Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Miqdam bin Ma'di Karib menyebutkan:

 مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

"Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang rusuknya. Jika ia harus melakukannya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya” (HR. Tirmidzi)

Anjuran Nabi Muhammad SAW tentang posisi makan dan minum tidak hanya mencerminkan adab dan kesederhanaan, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan yang signifikan. Makan dalam posisi duduk dengan tenang, tidak bersandar, serta menjaga moderasi dalam porsi makanan, membantu proses pencernaan berjalan lebih baik dan mencegah berbagai masalah kesehatan, seperti refluks asam dan makan berlebihan.

Melalui ajaran ini, Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik dan spiritual, serta menunjukkan bahwa setiap tindakan, termasuk makan dan minum, adalah bagian dari ibadah jika dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Mengikuti anjuran ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga mendekatkan kita kepada Allah dengan mengikuti sunnah Nabi-Nya.

Referensi
  • Al-Bukhari, Muhammad ibn Isma'il. Shahih al-Bukhari. Kitab Al-At'imah (Buku tentang Makanan), Hadits No. 5398.
  • Muslim, Ibn al-Hajjaj. Shahih Muslim. Kitab Asyrabah (Minuman), Hadits No. 2026.
  • At-Tirmidzi, Muhammad ibn Isa. Sunan at-Tirmidzi. Kitab Az-Zuhd, Hadits No. 2380.
  • As-Suyuti, Jalaluddin. Jami' As-Saghir. (Buku kompilasi hadits yang mencakup adab dan etika dalam kehidupan sehari-hari, termasuk adab makan dan minum).
  • Al-Albani, Muhammad Nasiruddin. Silsilah Ahadith As-Shahihah.
  • Mayo Clinic Staff. "How to Avoid Overeating." Mayo Clinic, 2020. Harvard Health Publishing. "The Right Way to Eat for Digestive Health." Harvard Medical School, 2019.
  • Al-Mubarakfuri, Safiur Rahman. Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar).
  • Ibn Kathir, Ismail. Al-Bidaya wa Nihaya. Buku sejarah Islam yang membahas kehidupan Nabi Muhammad SAW, termasuk ajaran terkait adab makan.
  • Yaqoob, Sahira. "Islamic Manners of Eating and Drinking" Islamic Studies Journal, Vol. 3, No. 4, 2018.

Post a Comment for "Ini Reaksi Tubuh Saat Makan dalam Posisi Berdiri, Duduk, Berbaring"